Senin, 27 April 2020


PENDAKIAN GUNUNG SALAK VIA CIDAHU

SALAK 1 H+1

7-8 JULI 2016


Puncak Manik puncak 1 puncak tertinggi gunung Salak

Ya, terdengar cukup gila. Pendakian ini dilakukan saat H+1 Idul Fitri 1427H, saat orang-orang sedang berkumpul dengan keluarga mereka. Gunung pun termasuk keluarga bagiku, makanya langsung ku tengok XD Inipun menjelma seakan budaya bagiku, mendaki gunung Salak H+1 yang terus berlanjut di tahun 2017, 2018, dan 2019.

Gunung Salak terletak di perbatasan Bogor - Sukabumi, dengan banyak puncak diatasnya. Konon sih ada 12 puncak, namun yang diakui secara resmi hanya 3. Yakni Puncak 1 / Puncak Manik 2211, Puncak 2 / Puncak Prabu 2180, dan Puncak Sumbul 1926 mdpl. Jalur Cidahu adalah salah satu jalur Legal yang disediakan TNGHS ( Taman Nasional Gunung Halimun Salak), dan satu lagi yakni jalur Pasir Reungit di Gunung Bunder, Kabupaten Bogor.


KAMIS 7 JULI 2016 
Alarm berbunyi pukul 00.45 pagi, mata masih terasa berat sekali. Bergegas mandi, dan makan di dini hari ini. Ku langsung berangkat menuju tempat meeting point, di dekat SMA Rimba. Bertemu dengan Rizqi Fadillah/iki remaja gila 16 tahun yang ingin mendaki bersamaku.

02.30 kami motoran menuju Cidahu, Sukabumi. Melalui rute umum, yakni Tugu Kujang - Tajur - Ciawi - jl.raya Bogor - Sukabumi. Jalanan cukup lengang di dini hari ini, dan mampir ke salah satu minimarket tuk beli konsumsi. 35 KM dari SMA Rimba ke pertigaan Cidahu, dan 9,5 KM dari Pertigaan ke Basecamp Cidahu. Sepanjang perjalanan, taburan bintang terlihat indah, yang menambah motivasi pendakian kita hari ini. Dari kita berdua, belum pernah ada yang mendaki lewat sini sebelumnya. Dan Google Maps membawa kita tiba di basecamp Gunung Salak via Cidahu pukul 4 pagi.

Basecamp Cidahu terletak di Barat Daya gunung Salak, berketinggian +-900mdpl. Kita melanjutkan tidur, lumayan meski beberapa menit. SIMAKSI dibuka, kita langsung mendaftar. Untuk 2hari1malam dikenakan biaya 22,5rb, dan parkir motor menginap yakni 20rb. Sudah bisa dipastikan, kita berdua orang gila yang pertama mendaki Gunung Salak hari ini. Memulai pendakian tepat pukul 6 pagi, dengan jarak tempuh 9KM dan perbedaan elevasi 1300m menunggu dihadapan kita. Cukup panjang memang, untuk ukuran gunung yang hanya berketinggian 2211mdpl.

Pintu rimba gunung salak via cidahu
Gerbang ikonik Cidahu

Jalur awal yakni aspal lembab yang panjangnya 1,5KM, dengan kanan kiri itu hutan pinus dan camping ground yang luas. Pukul 06.30 kita berdua tiba di pertigaan, yakni jalur hutan atau aspal untuk menuju Bajuri. Kita memilih lewat hutan, karena ingin merasakan embun-embun pagi yang segar. Patok HM 0-25 akan menandai jarak kita selanjutnya, berwarna hijau bertuliskan putih. Makadam disusun cukup rapi, dan jalur terus menanjak. Hutannya juga rimbun, dan mendekati Bajuri ditandai dengan deru sungai yang cukup deras.

07.30 kita tiba di Simpang Bajuri 1380mdpl, yakni simpang antara Salak 1 dan jalur Pasir Reungit / arah Kawah Ratu. Banyak tanah datar nan luas, cukup untuk puluhan tenda. Dititik ini juga sumber air terakhir, yakni aliran sungai. Setelah mengisi air 3liter/orang, kita pun melanjutkan pendakian. Puncak Salak 1, berjarak 5KM dari sini. HM pun direset lagi dari 0, hingga 50 di HM terakhir. HM itu satuan Hektometer, yakni 1 HM berarti 100 meter.

Simpang bajuri gunung Salak via cidahu
5KM yang menyiksa

Sungai di Simpang bajuri gunung Salak via Cidahu
Sungai disimpang Bajuri

Vegetasi semakin rapat, jalur didominasi akar dan lumpur dalam. HM awal masih cukup landai, namun banyak jebakan lumpurnya. Salah melangkah, bisa sebetis kalau sudah terinjak hahaha. Sesekali menanjak akar, namun masih bisa diterima nalar. Hingga kita memutuskan ngebreak di HM 21 pukul 09.30, karena terpana oleh terlihatnya Puncak Sumbul 1926 dan Salak II 2180. Setelahnya, langsung disuguhi tanjakan akar 5 meter dengan kemiringan 70° keatas. Hadeuh, langkah mulai berat.

View di HM 25 jalur cidahu gunung Salak
Great view

Memasuki HM 25 seakan resmi memasuki punggungan tipis, dengan di kiri kita jurang menganga. Terlihat Kawah Ratu yang senantiasa mengepul, dan sepagi ini kabut sudah menyelimuti. Tiba di HM 33, di titik krusial ini. Jalur longsor, dan hanya berjembatan batang pohon dan sedikit gundukan tanah. Dikiri jurang sangat dalam, ada webbing tuk dijadikan pegangan. Nampak edelweis dibawah sana, cantik namun berbahaya. Juga sebenarnya ada jalur alternatif di kanan, namun nanti memutar dan dihadapkan tanjakan amat terjal. 

Kawah ratu dari jalur cidahu gunung salak
Kawah Ratu dari ketinggian

Longsor di jalur Cidahu gunung Salak
Kiri: Jurang lepas

Edelweis di jalur cidahu gunung salak
Cantik tapi membunuh

Selanjutnya hanya tanjakan-tanjakan akar yang cukup gila, yang membawa kami ke puncak Bayangan 1970 pukul 11.15. Terletak diantara HM 37-38, ditandai tanah datar cukup luas untuk beberapa tenda. Kita ngebreak disini, lurusin kaki. Nyemil-nyemil, mengumpulkan energi. Berdua, diketinggian. Tak bertemu pendaki, berteman sepi. Kita pun sedikit berbahagia, karena sebentar lagi tiba di puncak Gunung Salak.

Puncak Bayangan gunung Salak via cidahu
Puncak Bayangan

11.30 melanjutkan pendakian, dengan sisa tenaga namun semangat masih terjaga. Menuruni ke lembahan, langsung menanjak tajam. 7 meter keatas, berlumut pula. Katanya sih ini disebut tanjakan iblis, tuk menyaingi tanjakan Setan nya gunung Gede X'DD Ngeri deh kalau sudah hujan, sudah tak terbayangkan. HM awal setelah puncak bayangan, adalah HM-HM terberat dengan tanjakan tanpa ampun.

Lalu momen-momen setelah HM 45 itu mulai mengharukan, karena vegetasi mulai merenggang dan jalur sudah melandai. Memasuki area puncak, diketinggian 2211mdpl. Kita berdua tiba di puncak 1 gunung Salak pukul 12.30 siang, pun masih cerah dan sepi. 6,5 jam dari Cidahu, jarak tempuh 9 KM, dan perbedaan elevasi 1300.

Puncak Manik puncak satu puncak tertinggi 2211 mdpl  gunung Salak

Tak lama, muncul seseorang dari jalur Cimelati. Wah iya ini om Iwan Sunter, ku sadar karena melihat postingannya di group Facebook 'Pendaki Bogor' yang mengajak mendaki gunung Salak di H+1 juga. Halo om, salam kenal. Suatu kehormatan, bisa mendirikan berdampingan dengan beliau. Buka tenda di area yang tertutup, agar aman dari terpaan angin. Tenda nya single layer no brand yang sudah 10 tahun lebih ia pakai, dengan flysheet Avtech sponsoran 3x3. Berbanding kontras dengan tenda MM Milkyway ku yang baru, perdana membentang dipuncak Salak.


Sore hari lanjut berkeliling Puncak Manik, yang masih cerah dan sepi. Muncul 4 orang pendaki, yang mengaku sehabis buka jalur dari Tenjolaya. Wow, orang-orang gila semua ya yang naik H+1 ini hahaha. Lalu ngobrol ngalor ngidul dengan om Iwan, tentang sudut pandang petualangan dari sisi nya. Cerita tentang kisah-kisah masa lalunya, kisah puluhan kali mendaki gunung Salak ini, sudut pandangnya soal Willem Tasiam, juga kisahnya sepedahan keliling Kalimantan. Juga rencananya tahun depan beliau akan 'Lari Jakarta - Raung - Jakarta' ditemani kawannya anak PATAGA. Dan faktanya, rencananya berjalan mulus di tahun 2017 lalu.

Ohya beliau juga berangkat sejak kemarin dari Sunter, Jakarta. Menggunakan sepeda yang ia beri nama 'Coni', yang ia titipkan di Cicurug. Dan meskipun kita baru kenal, bahkan saya yang masih anak bawang di dunia pendakian. Ia tak sungkan tuk berbagi tentang Idealismenya, bahkan hal pribadi tentang kisah perceraiannya dimasa lalu.

Ba'da maghrib, suasana sudah hening. Kabut mulai turun, gerimis mulai membasahi. Ku sudah mulai terlelap, Iki dan om Iwan sudah sedaritadi dialam mimpi. Selamat malam, puncak Manik. 


JUMAT 8 JULI 2016
02.30 pagi ku terbangun, segar. Efek tidur dari sore, summit attack yang hanya belasan meter. Langit berjuta bintang, gemerlap lampu kota Bogor dam Sukabumi membentang indah. Berdiri 3 tenda pagi ini, dan ada beberapa orang didalam saung disisi makam. Dingin mulai terasa kembali, ku pun masuk ke sleepingbag lagi tuk menunggu pagi.

Pukul 5 pagi ku bangun sepenuhnya, sinar mentari perlahan muncul. Gede - Pangrango nampak jelas bersiluet, latar gradasi orens hitam, dengan kabut terhampar dibawahnya. Sunrise yang indah, dengan awan yang jarang-jarang dilangit. Menikmati tenangnya diawal bulan Syawal, dan sepi nya Salak 1 pagi ini.

View di puncak gunung salak

Membagi tugas, Iki packing dan saya masak mie. Lalu gantian sebaliknya, untuk mengefektifkan waktu. Packing selesai, perut kenyang, ayok pulang. Memutuskan tuk turun lebih pagi, karena mau mampir ke Kawah Ratu kalau sempet. Ah om Iwan pun turun melalui Cidahu, dan ingin bareng dengan kami, suatu kehormatan om. Terakhir, kita berfoto di plang tuk dokumentasi.

Salak 2 dari puncak 1 gunung Salak
Salak II yang masih menjadi misteri bagiku

Puncak Manik puncak 1 puncak tertinggi 2211 mdpl gunung Salak
Suatu kehormatan

Turun pukul 09.30, bertiga perlahan namun ritme cukup cepat. Patok HM pun kita tak begitu memperhatikan, karena memang fokus turun. Di Puncak bayangan  pukul 10 pagi, sudah bertemu rombongan disini. Gokilnya sih, saat ku dan iki berusaha sesafety mungkin. Yakni sepatu, celana panjang, dan lengan panjang. Beliau malah pakai celana sontog, kaos minion yang mencolok, dan sendal jepit dengan warna beda sebelah. Bahkan tenda dan matrasnya pun digantung begitu saja diranselnya. Pun di jalur berlumpur, ia sangat lihai tuk menghindarinya.

Kita bisa membeli gear-gear mahal sekalipun, namun jam terbang memang tak bisa kita beli.

Diatas target, kita bertiga tiba di Simpang Bajuri pukul 13.30 siang. 5KM turun dengan memakan waktu hanya 4 jam, cukup cepat. Kita berdua mengajaknya main dulu di Kawah Ratu, namun beliau ada janji ngopi sama kawannya ngopi di Cidahu. Kita berpamitan, dan beliau memberiku kenang-kenangan. Yakni coverbag 'Webbink' warna hijau tua berukuran 80liter, wah terimakasih banyak om 🙏🏼🙏🏼🙏🏼 Dan coverbag tersebut selalu ku pakai kemana-mana, dan awet hingga sekarang.

Menuju Kawah Ratu, yang masih berjarak 2KM dari Bajuri. Berjalan kearah utara, hingga kita menemukan tanah lapang yang cukup luas. Seperti lapangan bola, ternyata ini namanya 'Helipad 1382mdpl'. Lalu lanjut melalui makadam lagi, cukup jauh juga ya ternyata, terlebih kita yang membawa ransel full.  Total 40menitan dari Bajuri, ditandai dengan kepulan asap yang mulai terlihat. Wow ternyata Kawah Ratu luas juga yaa. Baru dateng lalu disambut gerimis. Niatnya disini mau santai menikmati suasana, malah bergerak serba cepat bongkar flysheet 2x3 milikku.

Berkah sih, karena ada pengunjung lainnya juga yang ikut berteduh. Dan syukurlah gerimis tak berlangsung lama, kitapun segera turun tuk menikmati kawah lebih dekat. Terdapat 2 aliran sungai sulfatara, yang mengalir ke lembah-lembah lainnya. Tapi banyak yang mandi juga, apa gak gatel ya?? Pasir Reungit terletak masih 4KM dari sini, masih cukup jauh ternyata. Kita hanya bermain di Kawah Ratu dibagian selatan saja, karena kalau terus ke utara masih banyak spot indah seperti Kawah Mati, kawah Cikuluwung dan Sumbul view. Dan kita segera kembali ke Bajuri, karena waktu yang sudah mulai sore.

Helipad gunung Salak

Kawah ratu gunung Salak
Kawah Ratu yang menawan

Kawah ratu gunung Salak
Sungai sulfatara

Helipad, yang konon katanya dipakai utk evakuasi Sukhoi Superjet 1000

Pukul 15 sudah kembali di Bajuri, kitapun segera melanjutkan turun. Dari Javana Spa kita memilih jalur aspal, tuk mencari suasana baru. Melewati aspal yang masih baru, dengan jalur menurun, membuat dengkuk lemes sih. Menemukan danau yang cukup indah tuk transit, hayu lah sekalian foto-foto. Ala-ala Danau Taman Hidupnya Argopuro, atau Telaga Dewinya gunung Singgalang.

Danau Javana Spa
Sedeng seginimah

Menuruni aspal basah dan berliku, terus turun kearah Cidahu. Camping ground mulai ramai, memasuki liburan Idulfitri. Dan dengan sisa-sisa tenaga, kita berhasil mencapai pos Cidahu pukul 5 sore. Sungguh hari yang melelahkan, sangat-sangat melelahkan.

Beberapa menit kemudian, kita sudah memulai perjalanan pulang ke Bogor. Meninggalkan Salak 1 yang memberi banyak pelajaran, tak menyangka bisa bertemu Iwan Sunter yang memberikan inspirasi tak terlupakan. Jalur pendakian yang memaksa kami pantang menyerah, dan Kawah Ratu yang selalu mengepul indah. Total jarak mendaki di 2 hari ini yakni +-25KM, menanjak, memanjat, menuruni, menyusuri.

Pulang via Jalur Alternatif Cigombong-Batutulis, yakni melalui jl.Cisalada - jl.KH Halimi - Jl.Raya Cihideung - jl.Soemanta Direja. Cukup lancar dan efektif, hingga ku tiba dirumah Iki pukul 8 malam. Mampir tuk bebersih, ngebaso, dan kirim foto. Dan ku pamit pukul 9 malam.

Selesai.


NOTES:
- Siapkan dan pastikan fisik yang prima, benar-benar prima karena sangat menguras tenaga
- Pastikan sepatu sehat, dan bergaiter disarankan
- Biaya SIMAKSI 2D1N 22.500 dan parkir 20.000/motor

CATATAN WAKTU:
7/7/16
02.30 Bogor - Cidahu
04.00 Cidahu 900
06.00 Start Trekking 
06.30 Pintu Rimba
07.30 Simpang Bajuri 1380
11.15 Puncak Bayangan HM 37-38 1970 
12.30 Puncak Manik Salak 1 2211

8/7/16
09.30 Perjalanan turun
10.00 Puncak Bayangan
13.30 Simpang Bajuri
14.10 Kawah Ratu
15.00 Simpang Bajuri
17.00 Cidahu
20.00 Ciomas
21.00 Rumah

Jika kita tak berpikir Gila, maka kita ga bakalan jadi Orang Gila.
- Iwan Sunter

Oh ya, ini juga bisa dijadikam referensi. Kisahku yang mendaki gunung Salak puncak 1 / puncak Manik, melalui jalur Cimelati : https://novialanis.blogspot.com/2020/03/menggapai-puncak-i-gunung-salak-puncak.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar