PENDAKIAN GUNUNG GUNTUR VIA CITIIS
SOLO GUNTUR 2249
10-11 MARET 2016
Gunung Guntur terletak di utara Garut. Memiliki 3 jalur yang cukup umum, yakni Citiis (tenggara), Cikahuripan (selatan, tembus puncak dua), dan Cibeureum (barat daya, tembus puncak empat).
Jeda cukup panjang dari pendakian gunung terakhir, yakni Papandayan di 2015. Maklum, awal-awal memasuki dunia Kerja hehe. Inipun mendaki dengan sedikit memaksakan, tetap berangkat meski tak berkawan. Libur normal hanya 2 hari, langsung berangkatkan! Ekspedisi menuntaskan jajaran PAGUCI ( Papandayan Guntur Cikuray). Perdana solo hiking, rasanya semangat sekali!
KAMIS 10 MARET 2016
Pukul 1 pagi ku baru tiba dirumah, sepulang kerja sore. Langsung dipaksa terlelap, dan bangun pukul 4 pagi. Tidur hanya 3jam, namun `spirit of adventure` harus tetap terjaga. Pukul 5 pagi berangkat dianter Bokap ke Ciawi, tepat dan langsung dapet bus Karunia Bakti tujuan Garut. Perjalanan bus dimulai pukul 6 dengan ongkos 50rb, dan ku berusaha menyambung tidur.
Pukul 1 pagi ku baru tiba dirumah, sepulang kerja sore. Langsung dipaksa terlelap, dan bangun pukul 4 pagi. Tidur hanya 3jam, namun `spirit of adventure` harus tetap terjaga. Pukul 5 pagi berangkat dianter Bokap ke Ciawi, tepat dan langsung dapet bus Karunia Bakti tujuan Garut. Perjalanan bus dimulai pukul 6 dengan ongkos 50rb, dan ku berusaha menyambung tidur.
Dijalan, ku merasa menemukan hal-hal baru. Yakni membuka obrolan dengan orang yang tak dikenal, membaur dengan mereka-mereka yang dengan sudut pandang berbeda. Hiburan dari pengamen, hingga menikmati sulap jalanan. Pukul 10 memasuki Padalarang, bus terus melaju ditengah teriknya kota. 13.30 tiba lah di SPBU Tanjung, pintu masuk pendakian via Citiis. Berada tepat di utara Garut, bahkan kita tak sampai memasuki kota Garutnya hehe.
Lanjut ngojek dengan ongkos 15rb, diantar ke basecamp pa RT Nandang yang sudah berketinggian 780mdpl kala itu. Diwajibkan mengisi formulir, lalu makan siang untuk energi. Start trekking pukul 14.30, bismillah perdana mendaki sendiri. Melewati pos hijau yang tutup, yang ternyata itu pos tuk bayar retribusi. Alhasil mendaki gratisan, huahahaha. Setelah melewati perkampungan warga, jalur berganti ke area penambang pasir.
Tidak tahu diri, bukannya bayar malah selfie
Terik seakan membakar kulit, ditambah banyaknya persimpangan dengan minim tanda yang cukup membingungkan. Namun didepan sana, terlihat curug Citiis yang nampak dari celah-celah hutan. Baru masuk rimba pukul 15 sore, dan jalur sudah jelas dan enak kedepannya. Menanjak normal, namun tetap sepi pendaki. Warung-warung pun rata-rata tutup, maklum bukan weekend.
Memasuki hutan
Pos 1 1100mdpl pukul 15.40 terdiri dari beberapa warung yang sepi. Jalur kedepannya terus menanjak, dan curug Citiis akan selalu tepat berada dikanan kita. Aliran sungai yang cukup deras nan jernih, rasanya ingin mandi sebentar baru lanjut mendaki. Jalur berbatu dan terjal konsisten dilalui, agar cepat menambah elevasi.
Pos 1
Aliran sungai Citiis sepanjang jalur
Ku tiba di Pos 2 1250mdpl pukul 16. Break, dan isi air agak turun ke lahan dibawah. Lanjut, jalur masih monoton berbatu dan menanjak. Langit masih cerah, dan vegetasi makin merenggang. Hingga keluar hutan, berganti ilalang. Jalan tanah nan memanjang akan membawa kita ke Pos 3. Oh ya selama pendakian, ku hanya bertemu 1 orang asal Bandung yang sedang turun. Sisanya, sepi nan anyeb hahaha.
Dengkul lemes
Menjelang Pos 3
Pos 3 Pamulangan 1390mdpl pukul 16.30, syukurlah tak kesorean. Laporan di Pos 3 tuk verivikasi dan menahan KTP sebagai jaminan, dan ku baru dikasih tau kalau tadi di pos Hijau itu bayarnya. Mau bayar disini tapi mereka tak mau menerima, yasudah murni rezeki saya berarti haha. Uang retribusi dipakai tuk beli beberapa emblem, stiker, dan gantungan kunci saja, biar win-win solution. Pos 3 adalah titik terakhir tuk mendirikan tenda, karena berbahaya ngecamp di Puncak yang terbuka dan rawan badai.
Pos Volunteer
Sejenak ku berdiam diatas batu besar, memandangi langit sore Garut dari ketinggian. Memandangi kebelakang, ada Guntur yang siap didaki esok pagi. Merenung. Langkah kaki sendiri, bisa sampai di titik ini. Hingga ku ditegur oleh dua orang senior asal Jakarta, lalu ngobrol dan membaur. Ditawari ngecamp bareng, hayu lah. Karena ku juga sedikit ngeri, Guntur sedang rawan-rawannya maling dan babi kala itu.
Menjelang malam, tenda Rei single layer ku sudah berdiri kokoh. Tepat disisi aliran sungai Citiis, yang menderu deras. Bergabung dengan rombongan Jakarta dan Bekasi, dan saling berbagi tugas. Mereka yang masak, saya yang menghabiskan. Hahahaha. Logistik berat dikumpulkan bersama, dan makan bareng malam ini kitaaa. Hingga pukul 20 kita sudah masuk tenda lagi, dengan sampah digantung diatas pohon. Hape, dompet, dan narang berharga lainnya ku masukkan ke kantong celana. Lalu masuk sleepingbag, berdoa agar malam ini aman sentosa.
JUMAT 11 MARET 2016
Alarm berdering pukul 01.45, summit waaa. Packing dalam gelap, seluruh barang-barang. Termasuk tenda dan semuanya. Lalu menitipkan ransel di pos Volunteer, dan mulai start mendaki lagi pukul 03 pagi. Kita summit berenam, yakni Gondrong, Ambar, Andi, Adit, Ian, dan saya. Diatas sana sudah ada headlamp yang menyala, tanda sudah ada yang terlebih dahulu summit.
Alarm berdering pukul 01.45, summit waaa. Packing dalam gelap, seluruh barang-barang. Termasuk tenda dan semuanya. Lalu menitipkan ransel di pos Volunteer, dan mulai start mendaki lagi pukul 03 pagi. Kita summit berenam, yakni Gondrong, Ambar, Andi, Adit, Ian, dan saya. Diatas sana sudah ada headlamp yang menyala, tanda sudah ada yang terlebih dahulu summit.
Jalur awal yakni masih tanah dan ilalang, terbuka dan dingin cukup menusuk tubuh. Terlihat beberapa cemara yang jaraknya renggang-renggang, cocok tuk jadi patokan ngebreak. Berubah menjadi kerikil, dan kita dituntut harus pintar mementukan pijakan. Rasanya naik 1 langkah, turun 1/2 langkah. Bawa diri aja susah, apalagi yang nekat camp di puncak yaa. Melihat kebelakang, gemerlap lampu kota Garut dan mereka yang baru memulai summit menjadi motivasi tersendiri. Setelah melalui fase berat kemiringan 45-70°, akhirnya kami berhasil mencapai puncak 1 Gunung Guntur pukul 04.45 pagi.
Break sesaat di puncak 1, langit sedikit berawan dan tadi sempat berkabut. Mendaki puncak 2, dengan mendaki melipir kanan. Berselang 15 menit dari puncak 1, terlihat terjal nan jauh padahalmah dekat. Masih gelap karena masih subuh, menunggu mentari muncul diufuk timur. Puncak 2 ini yakni puncak umum di Guntur, karena ada tugu GPS dan sebuah 'in memoriam' disini. Mereka memutuskan menunggu disini, dan ku dan Andi melanjutkan perjalanan ke puncak 4.
Menyeberang lembah lalu mendaki, tiba di tanah datar nan nanggung ini disebut Puncak 3. Lalu 5 menit keatas, alhamdulillah kita tiba di Puncak 4, titik tertinggi gunung Guntur Garut 2249mdpl tepat pukul 6 pagi. Sepi, sunyi, dan berkabut tipis pagi ini. Tak ada tugu atau trianggulasi, hanya ada plakat yang sudah kusam penanda puncak. Kita tak berlama-lama disini, takutnya kawan-kawan sudah menunggu kita.
4 hikers in top 4
Menyongsong matahari
Kembali ke Puncak 2, tak terlalu ramai pendaki yang summit pagi ini. Kita semua pun sempat berfoto, dan cukup dalam 1 frame foto hahaha. Kabut mulai terpecah saat sinar mentari datang. Lautan awan mulai terlihat dari kejauhan. Bergantian berfoto di tugu, anti rebutan rebutan club pagi ini. Faktanya di pendakian gunung Guntur ini, hampir semua jaringan seluler mendapat sinyal.
Guntur ini milik kita~
Team
Tugu GPS Puncak 2
Puncak 3 & 4
07.30 kita mulai perjalanan turun. Nah kalau turun tuh kebalikan dari naik, maksudnya melangkah 1x jaraknya jadi 2x. Terasa cepat, namun juga pengaruh di sepatu cepat rusak hahaha. Ngebreak di Puncak 1, dan ku menyempatkan tuk melipir melihat kawah Guntur dikanan. Kawahnya cukup dalam, bahkan dasarnya tak terlihat. Lanjut turun, dan melalui jalur yang berbeda dengan jalur naik. Masuk ke sebuah cerukan yang berisi full pasir, melangkah 1x jaraknya bisa 3x langkah.
Jalur menuju puncak 2 dari puncak 1
Kawah nan dalam
Rasa-rasa turun dari Mahameru, bayanganku kala itu. Bedanya kalau di Guntur itu didominasi kerikil, kalau Mahameru itu pasir halus. Sempat istirahat karena turun kabut, takut kebablasan sosorodotan hingga basecamp hahaha. Turun terus, kerikil berganti tanah itu pertanda sebentar lagi sampe Pos 3. Hingga kita tiba di Pos 3 / Pos Volunteer pukul 9 pagi. Break sesaat, amblil ransel sekalian dengan KTP. Dan ku izin pamit turun duluan, memisahkan diri dari rombongan.
Turun sendiri, menuruni bebatuan yang terjal cukup terasa di dengkul hihi. 09.30 di Pos 2, sepagi ini udah bertemu pendaki yang naik. Dan diperjalanan kedepannya, banyak berpapasan dengan pendaki lain, menjelang weekend. 09.45 di Pos 1, warung-warung yang kemarin tutup pun sudah ramai kembali. Langkah terasa cepat, menjaga ritme diri sendiri. Pukul 10 pagi ku sudah keluar hutan, bersyukur di penambangan pasir sebelum terik.
Langkah gontai membawaku ke perkampungan warga, dan tiba di rumah pak RT pukul 10.30. Ditanya-tanya soal pengalaman mendaki seorang diri, dan beliau pun bersyukur tak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Pergi mandi, lalu makan siang.
Memesan ojek tuk ke gang depan SPBU, ongkosnya masih sama 15rb. Menunggu bus, dan sudah diperjalanan pulang saat tepat tengah hari.
Uniknya ku menaiki bus yang sama dengan kemarin, ditempat duduk yang sama, juga dengan ongkos yang sama haha. Hanya tidur, yang ku bisa lakukan untuk membunuh waktu. Tak terlalu ramai manusia yang didalam bus sore ini, membuat leluasa tibra dan tidak berisik. Pukul 16 di Cianjur, terbangun karena hujan yang cukup deras. Hingga penumpang terakhir turun di Cipanas, dan menyisakan ku sendiri di perjalanan arah Bogor. Hanya sopir, kernet, dan ku yang duduk di paling belakang. Terjebak macet di daerah Puncak, wayahna memilih transportasi non tol. Karena macet itu sesuatu yang diluar kendali kita, daripada bete tidak jelas, ku pun memilih menikmati keadaan dan mendengarkan khusyuk ceramahnya Jujun Junaedi dari audio bus.
19.30 bus tiba di Ciawi, alhamdulillah bisa kembali ke Bogor. Bokap sudah menunggu, dan tiba dirumah dengan selamat. Repacking, lalu tidur. Karena esok pagi, sudah bekerja lagi.
SARAN-SARAN
- Jangan solo hiking bila ingin dilihat hebat, resikonya sungguh tak sepadan
- Jangan solo hiking bila ingin dilihat hebat, resikonya sungguh tak sepadan
-Jangan bawa air terlalu banyak, cukup hanya trekking saja untuk meringankan beban
- Sampah digantung, daripada diacak-acak omen/babi
- Barang berharga disimpan sangat rapi, kalau bisa bawa tidur di sleepingbag
- Wajib gaiter
- Pastikan sepatu dalam keadaan terbaik
Jika kamu ingin berjalan lebih jauh, berjalan lah bersama orang lain. Namun jika kamu ingin berjalan lebih cepat, maka berjalanlah sendirian.
BIAYA SIMAKSI: RP.12.500
AKSES TRANSPORTASI:
- Bus Karunia Bakti dari Ciawi - SPBU Tanjung 50rb
- Ojek SPBU Tanjung - Basecamp 15rb
- Bus Karunia Bakti dari Ciawi - SPBU Tanjung 50rb
- Ojek SPBU Tanjung - Basecamp 15rb
CATATAN WAKTU:
10/3/2016
05.00 : Menuju Ciawi
06.00 : Ciawi
13.30 : SPBU Tanjung Garut
06.00 : Ciawi
13.30 : SPBU Tanjung Garut
14.00 : Basecamp Guntur
14.30 : Start trekking
15.00 : Masuk hutan
15.00 : Masuk hutan
15.40 : Pos 1 1100mdpl
16.00 : Pos 2 1250mdpl
16.30 : Pos 3 Pamulangan 1390mdpl
11/3/2016
01.45 : Bangun, packing
03.00 : Summit
04.45 : Puncak 1
05.15 : Puncak 2
06.00 : Puncak 4 gunung Guntur 2249mdpl
06.30 : Kembali ke Puncak 2
07.30 : Turun
09.00 : Pos 3
09.30 : Pos 2
09.45 : Pos 1
10.00 : Keluar hutan
10.30 : Basecamp Guntur
11.00 : Ojek ke SPBU Tanjung
12.00 : Perjalanan pulang
19.30 : Ciawi
20.30 : Rumah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar