Rabu, 29 April 2020

PENDAKIAN GUNUNG SINDORO 3153 MDPL VIA KLEDUNG

EKSPEDISI 3H 2S 1M

3Hari 2Sumbing&Sindoro 1Merdeka

17-19 AGUSTUS 2016


PART II

Cerita ini lanjutan dari kisah sebelumnya :https://novialanis.blogspot.com/2020/04/pendakian-gunung-sumbing-via-garung.html?m=1

Gunung Sindoro
Sindoro, difoto dari Sumbing, dokumentasi pribadi

Gunung Sindoro merupakan nama lain dari Sindara atau Sundoro, memiliki ketinggian 3153 mdpl, terletak di antara kabupaten Wonosobo dan kabupaten Temanggung – Jawa Tengah. Letaknya bersebelahan dengan saudara kembarnya yaitu Gunung Sumbing.


Perbatasan Wonosobo dan Temanggung
Tugu perbatasan Wonosobo - Temanggung

KAMIS 18 AGUSTUS 2016
Pukul 11 siang, selepas dari Sumbing. Kami sedang berjalan dari basecamp Garung ke basecamp Kledung, yang ternyata sudah berbeda Kabupaten. Karena Kledung berlokasi di kecamatan Kledung, kabupaten Temanggung. Jarak antara kedua basecamp yakni hanya 2KM, dengan waktu tempuh +-30menit. Juga basecamp Kledung tepat berada disisi jalan raya, dan sudah berketinggian 1400mdpl.

Setibanya di basecamp, kami disambut ramah. Bertanya-tanya perihal simaksi, dengan biaya 10rb/orang dan 5rb untuk fotocopyan peta per kelompok. Kerennya Sumbing dan Sindoro, pengelola basecampnya sudah menyediakan peta. Sangat efektif tuk menekan angka insiden keluar jalur atau tersesat, dan semoga bisa dicontoh oleh basecamp gunung-gunung lainnya. Lalu kita bergegas mandi, dan makan siang.

Dirasa siap, kami melanjutkan pendakian gunung Sindoro pukul 13.30 siang. Kami menggunakan jasa ojek seharga 15rb menuju Pos 1, dan makadamnya masih manusiawi dengan metode ojek normal. Pos 1 berjarak 2,5KM dari basecamp, syukurlah bisa memotong jarak lumayan. Meski sempat ditawari hingga pertengahan Pos 1 - Pos 2 seharga 25rb, namun kita menolaknya dengan halus.

Pos 1 1660mdpl pukul 13.45, pendakian yang sebenarnya pun dimulai. Tak muluk - muluk soal target hari ini, menyesuaikan sisa tenaga saja yang penting ngecamp sebelum gelap. Jalur awal tanah yang menanjak normal, ramah tuk dipijak. Sesekali melipir kanan, meski berkelak-kelok namun penanda jalur masih cukup jelas.


Pos 2 1980mdpl pukul 14.45. Jalur selanjutnya mulai menanjak, tuk menambah ketinggian signifikan. Menjelang pos 3, jalur berubah berbatu dan mulai memasuki punggungan. Kami berdua mulai keteteran fisiknya, lelah semakin terasa. Vegetasi mulai merenggang, kedepannya mulai terbuka.

Pos 2 gunung Sindoro via Kledung
Pos two

Pos 3 2340 pukul 15.45 sore, atau tepat 2jam pendakian. Kita sudah menggapai batas minimal trekking sore ini, ibaratkan safepoint. Beristirahat total, menikmati sepinya Pos 3 sore ini.

Tempatnya sangat luas, dan sore ini hanya berdiri <10Tenda. Ada bangunan semi permanen, yang ditinggali pa Kuat, warga yang berjualan gorengan, rokok, air mineral, dan menjaga tenda saat sedang summit. Kita melanjutkan pendakian, mendaki 1 undakan bukit lagi dengan sisa-sisa tenaga.

Koboi insaf

Pos 3 Gunung Sindoro via Kledung
Pos tilu

Pos 3 terlihat dari Camp Sunrise

Pukul 16 sore, kami tiba di Camp Sunrise 2410mdpl, ketinggiannya tak jauh dari Pestan nya Sumbing ternyata. Lega, lega sekali rasanya. Hari yang lelah, sungguh melelahkan. Kami membuka tenda dengan terburu-buru, karena kabut yang menebal. Gerimis mulai turun, bagai alarm tuk kami mempercepat bongkar tenda. Hujan sedang langsung mengguyur, saat tenda sudah berdiri seutuhnya. Titik krusial berhasil kita lewati. Karena telat beberapa menit saja akan kerepotan, terlebih kita buka tenda ditempat yang benar-benar terbuka.

Angin bertiup kencang, hujan menerjang. Kami mengisi perut, makan sore sekalian makan malam. Tak ada kegiatan berarti, selain istirahat bagi kami. Menjelang maghrib, kita sudah sama-sama meringkuk didalam kantung tidur.

Pukul 21 ku sempat terbangun, dan keluar tenda. Membaur dengan pendaki yang ngecamp disini, yang +-hanya 5tenda saja. Menyalakan api unggun, dengan sisa-sisa ranting kering yang didapati mereka sedari siang. Cuaca sudah berganti, cerah malam ini. Padang bulan, berjuta bintang. Titik-titik kecil sinar di badan gunung Sumbing, dengan kabut tipis menutupi Jl.raya Ajibarang Secang. Ku tak berlama-lama diluar, karena angin masih bertiup kencang, dan jadwal padat dikeesokan harinya. Selamat tidur, Sindoro.


JUMAT 19 AGUSTUS 2016
Sering kebangun karena angin yang menggoyangkan tendadan memastikan patok terpasang kencang. Alarm berdering pukul 1 pagi, tubuh lelah namun mental tetap semangat. Setelah packing seadanya, kita sudah mendaki puncak Sindoro pukul 02.15 pagi. Keluar tenda dengan rasa dingin yang langsung menusuk, angin pun masih berhembus kencang. Cuaca benar-benar cerah, berjuta bintang dengan gunung - gunung berbaris dibelakang kita.

Kita summit bareng 2 pendaki asal Surabaya, dan sedari awal sudah menanjak cukup tajam. Melewati hutan-hutan lamtoro, yang kering hampir tak berdaun. Gap elevasi yang cukup jauh antara Puncak - Camp Sunrise, membuat kita summit agak lama.

Pos 4 Watu Tatah 2860mdpl pukul 03.50 pagi, hampir 2 jam baru tiba di Pos 4 ini. Gundukan batu yang ditata sedemikian rupa, cukup besar dan kokoh. Istirahat sejenak, tak perlu terburu-buru karena kami rombongan pertama yang summit pagi ini. Lanjut jalan, dan lamtoro menjadi pelindung kita dari angin. Sesekali tercium bau belerang yang menyengat, tanda sebentar lagi tiba.

Melihat diujung atas bukit yang terbuka, saat tiba disana ternyata masih ada bukit lagi, njir. Summitnya jauh banget, mana sering PHP lagi. Hingga kami berempat akhirnya tiba di puncak Sindoro 3153mdpl pukul 05.15 pagi, total 3 jam pendakian dengan perbedaan elevasi 750an vertikal. Asap terus mengepul, nampak kawah yang sangat aktif.

Ku dan Iki pamit, tak menikmati sunrise seperti mereka. Kita punya agenda, tuk mengelilingi puncak Sindoro. Dimulai kearah kiri, searah jarum jam. Melihat samudera awan di barat, dengan Dieng Plateau, Prau, dan Slamet yang nampak anggun. Tiba di Segoro Wedi, tanah datar berpasir yang ada di tengah puncak Sindoro. Hingga kita terlihat bersebrangan, dengan puncak Sindoro Kledung disana. Namun sayangnya kita tak bisa memutari 360Β°, karena arah belerang yang mulai menutupi pandangan. Kita kembali ke Puncak Sindoro Kledung, tuk menikmati hangatnya mentari pagi.

Segoro Wedi gunung Sindoro
Lapangan bola di Segoro Wedi

Dieng Plateau

Keliling puncak Sindoro
Sebrang

Sunrise Puncak gunung Sindoro
Goldy

Golden Sunrise kembali kita dapatkan, dengan garis orens dengan awan-awan yang menjuntai indah. Jajaran gunung nampak sangat jelas, dari Sumbing, Merbabu, Merapi, Andong, Telomoyo, dan Ungaran.

Target bisa tercapai, 2 puncak gunung 3000+ dalam 2 hari. Alhamdulillah. Berjemur dan ambil beberapa foto, dengan mereka yang ramah-ramah. Pendaki weeday, memang selalu begitu. Tak ramai, namun ramah. Dari kalangan pengangguran, mahasiswa, para senior, hingga mereka-mereka yang sejati, membaur menjadi satu.

Pendaki Kertas
Loph u

Puncak gunung Sindoro

Puncak gunung Sindoro
Doet maot

Puncak gunung Sindoro
Weekday hikers in one frame

Kami berdua memutuskan turun duluan, pukul 7 pagi. Sekarang waktunya kita benar-benar menikmati perjalanan turun, dengan sabana-sabana Sindoro di kanan kiri yang sangat luas.
07.30 kami tiba di Pos 4 Watu Tatah, foto-foto disini bagus juga ternyata. Camp Sunrise nampak jauh dibawah sana, dan bahkan desa Garung - Butuh jua nampak jelas.

Pos 4 Watu Tatah gunung Sindoro via Kledung
Ku pasrahkan diriku digenggamanmu

Pos 4 Watu Tatah gunung Sindoro via Kledung

Camp Sunrise setelah di zoom

Akhirnya, kami tiba di camp Sunrise pukul 08.20 pagi. Seperti biasa, bagi tugas antara yang packing dan yang memasak. Setelah rapi dan sudah opsih, kami meninggalkan camp pukul 10 siang. Rela tuk melewatkan cuaca yang sedang cerah-cerahnya, demi jaminan bus pulang hahaha.


Melintasi Pos 3 dan langsung turun, di jalur bebatuan yang membuat otot paha cukup terasa. Dan saat memasuki trek tanah, kita menaikkan ritme tuk lebih cepat. Menjadi tim yang pertama turun siang ini, satset terus lah pokoknya hihi.
Pos 2 pukul 10.45, terus lanjut. Pun alasan kita terburu-buru, karena mengejar ketersediaan ojek. Karena hari ini hari Jumat, yang ditakutkan yakni ojek warga keburu solat Jumat semua.

Hingga pukul 11 siang, dipertengahan Pos 2 dan Pos 1 kita sudah bertemu ojek. Ojeknya jemput bola cuy hahaha, dan kita langsung naik menuju basecamp dengan ongkos 20rb. Memasuki fase akhir pendakian, menatap Sumbing dan Sindoro untuk yang terakhir kalinya.

Finish di basecamp Kledung, pukul 11.40 siang. Kita mandi secara bergantian, lalu cari makan siang. Meluruskan kaki, yang pegal-pegalnya mulai terasa. Kita memesan kolbun kearah Mendolo, Wonosobo. Dengan 20rb/orang x 5 penumpang, 3 lagi pendaki asal Jakarta. Mobil pun berangkat, pukul 13.20 siang.

Dimasa lalu, ku sesali selalu. Akrab dengan mereka, namun sering lupa meminta kontaknya

Di Terminal Mendolo, kita bergegas mencari bus angkutan menuju Bogor. Kita berpisah disini oleh pendaki Jakarta, dipisahkan oleh keberangkatan bus masing-masing. Dapet Sinar Jaya seharga 115rb arah Bogor, dan bus perlahan meninggalkan Wonosobo pukul 16.45.



CATATAN WAKTU
18/8/16
11.00 Basecamp Garung, Sumbing, Wonosobo
11.30 Basecamp Kledung, Sindoro, Temanggung 1400mdpl
13.30 Start BC Ojek 15rb
13.45 Pos 1 1660
14.45 Pos 2 1980
15.45 Pos 3 2340
16.00 Camp Sunrise 2410

19/8/16
01.00 Bangun
02.15 Summit attack
03.50 Pos 4 Watu Tatah 2860
05.15 Puncak Sindoro 3153
07.00 Turun
07.30 Pos 4
08.20 Camp Sunrise
10.00 Turun
10.45 Pos 2
11.00 Pertengahan Pos 2 - Pos 1, Ojek hingga BC Kledung 20rb
11.40 BC Kledung
13.20 Meninggalkan BC Kledung
16.45 Mendolo Wonosobo - Bogor Baranangsiang Sinarjaya 115rb

SAYONARA

SELESAI~





Selasa, 28 April 2020


PENDAKIAN GUNUNG SUMBING VIA GARUNG (JALUR LAMA) 

EKSPEDISI 3H 2S 1M

3Hari 2Sumbing&Sindoro 1Merdeka

17-19 AGUSTUS 2016

PART I

EKSPEDISI SEVEN SUMMIT PULAU JAWA : BAGIAN II

Gunung Sumbing

Gunung Sumbing terletak di Jawa Tengah, Indonesia. (Ketinggian puncak 3.371 mdpl), gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet. Gunung ini secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Wonosobo. Bersama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari arah Temanggung.

Seperti biasanya, pendakian ku selalu terlibat drama yang tidak ku minta. 10 Agustus, tepat 1 tahun ku bekerja di ElangPerdana. Tepat juga keluarnya jatah cuti, yakni baru dapet 3 hari saja (hitungannya dari Agustus - Desember 2015). Berencana ku pakai 1 cuti, di tanggal 17 nanti. Timingnya sangat ngepas, baru dapet cuti dan seminggu kemudian langsung dieksekusi XD

Ku mendaki masih bersama Iki (Rizqi Fadillah), partner duet pendakian Salak 1 Juli lalu. Chemistry memang sudah terbentuk dan ditempa, sekarang waktunya kita melangkah lebih jauh lagi haha.


RABU 17 AGUSTUS 2016
Sore kemarin, kita berdua berangkat dari Baranang Siang pukul 17. Menggunakan bus Sinar Jaya Eksekutif, relasi Bogor - Wonosobo seharga 125rb. Bus hanya terisi 1/2nya saja, membuat istirahat kita leluasa. Kita duduk di belakang, di bangku 3 yang diisi 1 orang. Menjelang malam, kita rebahan. Memanjakan punggung, sebelum ditempa mendaki 2 gunung 3000+ dalam 3hari.

Dirgahayu ke 71 Negeriku, aku percaya kau akan tetap indah. Dan tepat dihari ulangtahunmu, kita berencana berekspedisi. Pukul 4 pagi, kami tiba di terminal Mendolo, Wonosobo. Setengah sadar, kita bergegas menurunkan ransel. Langsung menuju bus 3/4 arah Temanggung/Magelang, dan duduk bersama mbah-mbah wanita perkasa yang sepagi ini sudah berangkat tuk meladang. Angin subuh membekukan tubuh, bus melaju kencang dengan ongkos 15rb. Menjelang pukul 5 pagi, kami tiba di Garung, Kalikajar, Kabupaten Wonosobo.

Rasanya ku tak percaya dengan apa yang aku lihat. Iya sinar-sinar headlamp terlihat mengular mengantri, mendaki puncak gunung Sumbing & Sindoro. Subuh ini cerah, dan barisan pendaki yang 'summit attack' nampak sangat jelas. Ku berjalan kearah basecamp, dan tiba 10 menit kemudian. Parkiran sangat penuh, dan saat ku tanya ranger yang berjaga, total 600 pendaki di Sumbing via Garung pagi ini. Kita bergegas subuhan, sembari menggigil terkena dinginnya air di subuh ini.

Basecamp Garung, desa Butuh, kecamatan Kalikajar, Wonosobo sudah berketinggian 1450mdpl. Puncak Gunung Sumbing berketinggian 3371, yakni selisih 1921 meter yang harus kita daki tuk mencapai puncaknya. Sarapan kita hanya nasi goreng sederhana seharga 10rb, namun view Sindoro nya yang mahal. Mengurus perizinan seharga 10rb, dan 5rb untuk fotocopyan peta, keterangan pos, dan trashbag nya. Yuk start, cuaca subuh yang cerah mendadak berubah kabut pagi ini.

Nasgor dengan view mahal

Memutuskan naik ojek fenomenal, seharga 25rb. Iya fenomenal, karena cara naiknya tidak biasa. Yakni penumpang didepan, dibelakang yakni yang bawa motor dan membawa ransel kita. Lewat jalan aspal sih masih santuy, nah saat lewat makadam sangat PR. Getarannya seakan membuat biji ingin pecah, dan embun di bebatuan membuat slip ban. Kanan kiri yakni ladang penduduk, didominasi sayur dan tembakau. Oh ya naik ojek itu kita bisa berhemat jarak 3KMan, juga menghemat waktu 2-3jam. Tiba di Pos 1 seakan klimaks, dan lega tentunya.

Pos 1 Malim KM3 pukul 06.50 pagi, ngebreak sesaat dan start tepat pukul 7. Jalur langsung menanjak dengan kanan kiri masih cemara, dan kabut sudah turun sepagi ini. Ransel terasa sangat berat, karena ku salah membawa air 5 1/2liter dicarrier. Diakhir melalui tanjakan yang bernama 'Pencit Engkrak', barulah kita tiba di Pos 2.

Pos 2 Genus KM4 pukul 07.45 pagi. Lurusin kaki sejenak, yuk lanjut. Kita memasuki fase terberat pendakian Sumbing, yakni Engkol-engkolan. Mendaki bukit yang membuat cukup putus asa, bukit gundul yang tanpa pegangan. Kita bersyukur mendaki Engkol-engkolan dengan keadaan berkabut. Karena bila kemarau panjang akan berdebu, dan kalau penghujan akan licin tak karuan.

Pos 2 Genus gunung Sumbing via Garung
Kilometer 4 : Pos II Genus

Engkol - engkolan gunung Sumbing
Engkol terus jon

Pos 3 Seduplak Roto KM5 pukul 08.40 pagi. Disini, vegetasi mulai terbuka. Kabut tebal, tanah lembab, dan ilalang menjadi jalur yang kita lalui. Sesekali mulai terlihat pendaki yang baru turun sepagi ini, dan sedikit kecewa karena cuaca yang berkabut katanya.

Pos 3 Seduplak Roto gunung Sumbing via Garung
Loveyou

Pos 4 Pestan (Pasar Setan) 2437mdpl pukul 09.20 pagi, wah masa iya kita sampai tempat camp sepagi ini? Tanah miring, terbuka, sangat rentan bila terkena badai. Ngebreak dulu lah, sambil mempertimbangkan. Sumbing 3371 dengan Pestan 2437, masih selisih 900 meter vertikal lagi cuy, jauh. Yuk lanjut, meski kami gambling soal menemukan tempat camp.

Pos 4 Pestan
Pasar setan (Pestan)

Sumbing via Garung ini jalurnya full punggungan, jadi nampak kanan kiri juga punggungan-punggungan lainnya. Lebih banyak menunggu pendaki yang turun, baru kita bisa naik. Kita mendaki dengan kombinasi tanah dan bebatuan yang terjal, menuju Pasar Watu.

Pukul 10.40 kita tiba di Pos 5 Pasar Watu. Banyak tanya perihal area camp di Watu Kotak ke pendaki yang baru turun, dan penuh katanya. Ramai, dan areanya tak luas, jua jaraknya masih lumayan jauh. Kita berinisiatif tuk trekking sambil cari-cari lahan camp, yang akhirnya berhasil kita dapatkan. Tak sengaja, karena ku menemukan jejak yang menanjak (bukan jalur). Ku naiki, eh dapet lahan yang ngepas untuk tenda ukuran 2P. Areanya berada tepat dibawah lereng batu yang sangat besar, juga terhalang oleh angin. Kitapun menghentikan pendakian, dan bergegas ngecamp pukul 11.10 siang.

Tenda sudah berdiri, dan waktu luang yang teramat banyak. Barang sudah rapi, tinggal nyantainya saja hihi. Kita menikmati view di undakan, lalu lalang pendaki yang turun. Masak makan siang, lalu kadang rebahan. Kadang nampak Sindoro yang malu-malu, juga view sabana-sabana dengan punggung-punggung mengular indah. Hingga sore datang menjemput, dan pukul 19 kita sudah terlelap lagi.

Milkywayku

View dari undakan


KAMIS 18 AGUSTUS 2016
01.30 pagi kita berdua sudah bangun. Bergegas masak sarapan, dan lipat sleepingbag dan packing seadanya. Setelah siap, kita memulai perjalanan summit attack pukul 3 pagi. Ciri khas kemarau tuh ya seperti ini, bila cerah, langit berjuta bintang nampak dekat dan sangat indah. Nampak Sindoro dibelakang kita, juga gemerlap lampu Wonosobo dan Temanggung. Baru berjalan beberapa menit, kita sudah tiba di Pos 6 Watu Kotak.

Watu Kotak 2736mdpl pukul 03.10 pagi, yang sepi dan tak ada yang ngecamp. Diberi nama Watu Kotak karena memang ada Batu yang super besar, berukuran +- 5m tinggi, dan 10m memanjang. Dan baru kusadari, ternyata kita ngecamp di celah ujung Watu Kotak hahaha. Tak ada bonus, kita benar-benar mendaki. Tanjakan terjal terus keatas, hingga cepat menambah elevasi.

Pos 7 Tanah Putih pukul 4 pagi, mungkin berwarna putih karena sisa-sisa letusan Sumbing dimasa lalu.

Tak terasa, kita sudah tiba di puncak Buntu gunung Sumbing pukul 04.15 pagi. Kisah mendaki Slamet yang kepagian, pun kembali terulang. Jelas, hanya ada kita berdua hahaha. Sepagi ini, setinggi ini. Di puncak gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa, dan tertinggi kedua di Jawa Tengah dibawah Mbah Slamet. Kita berdian sejenak, malah menurunkan suhu tubuh rasanya. Ambil beberapa foto, tapi masih gelap juga. Yuk bergerak, kita memilih melipir kearah puncakan yang lebih tinggi. Dengan dikiri jurang kearah kawah, kita merambat perlahan dan penuh kehati-hatian.

Pagi amat jang

Hingga kita tiba di Puncak Kawah gunung Sumbing, dan ada makam / petilasan juga disini. Garis oranye mulai nampak dari timur sana, diikuti terlihatnya Ungaran, Andong, Telomoyo, Merapi, Merbabu, bahkan Lawu. Kearah puncak Rajawali yang tertinggi, terlalu ekstrim bila dari sini. Kita harus turun sedikit dan menjahit punggungan lagi, terlalu PR bagi kami. Tadinya juga memasukkan opsi turun ke Kawah, namun dibatalkan mengingat siang ini juga kita harus mendaki Sindoro. Yuk kembali saja ke puncak Buntu, kita berduduk manja diatas batu yang mirip kepala singa ini.
Pukul 6 pagi, kita sudah kembali. Puas berfoto, karena hanya ada kita berdua sahaja. Menatap kepada Sindoro, dan Jalan Raya dibawah sana. 

Puncak Kawah gunung Sumbing
Garis orens di cakrawala

Kawah gunung Sumbing
Kawah Sumbing

Segoro Banjaran gunung Sumbing
Segoro Banjaran

Jalur puncak kawah - puncak buntu, lumayan

Golden sunrise di puncak gunung Sumbing
Golden sunrise

Rasanya ku tak menyangka. Kemarin subuh kita di jalan raya sana, dan siang sudah tiba di batu besar itu. Saat ini kita sudah berada di puncak, dan sore nanti harus sudah berada di badan gunung Sindoro. Keesokan pagi sudah di puncak gunung di sebrang sana, di 3153mdpl. Hingga lusa siangnya harus sudah tiba di Bogor, dan lanjut bekerja seperti biasa. Ah sulit bila membayangkan, dan kita harus bertanggung jawab atas pilihan yang kita buat.

Puncak Buntu gunung Sumbing
Puncak Rajawali yang tertinggi, dan puncak Kawah disebelahnya. Foto diambil dari Puncak Buntu
🀘

Pendaki Kertas
Halo Putsop

Puncak Buntu
Itu, tujuan kita selanjutnya

Pukul 06.40 kita sudah turun ke tempat camp, padahal belum ada yang summit lagi selain kita XD Jalur turun yang berbatu, membuat dengkul lemas ternyata huhu. Bertemu pendaki yang baru summit, dengan mimik wajah terheran-heran karena kita yang sudah turun lagi. Menuju tempat camp, jalur terlihat jelas. Hingga tiba di Watu Kotak pukul 07.15. Dan tiba di celah batu 10menit kemudian, hanya 45menit perjalanan turun ternyata.


Pos 5 watu kotak gunung Sumbing via Garung
Watu Kotak

Gerak cepat dan bagi tugas, Iki packing dan ku masak, begitupun sebaliknya nanti. Setelah semuanya selesai, dan jangan lupa Opsih. Pukul 08.50 pun kami sudah memulai perjalanan turun, 5menit kemudian sudah tiba di Pasar Watu.

Menuruni punggung, dengan kanan kiri view punggungan lainnya. Pestan nampak cukup jauh dibawah sana, dan jalur bebatuan ini terasa begitu menyebalkan. Hingga kita tiba di Pestan, pukul 09.20 pagi.

Pasar Watu gunung Sumbing via Garung
Kuburan band

Pasar Watu gunung Sumbing via Garung
Lemes wa haji

Pos 3 Seduplak Roto pukul 09.40 pagi. Ohya tak banyak tenda baik di Pestan maupun disini, karena momen-momen 17an sudah lewat sepertinya. Engkol-engkolan cukup baik kami lalui, karena tak ada adegan tunggu menunggu maupun antre. Sisanya menurun wajar, dan kitapun menaikkan ritme.

Pos 2 Genus pukul 10.10, terasa begitu cepat karena jarang beristirahat. Suara deru motor, menandakan sebentar lagi kami tiba di Pos 1. Dan tepat pukul 10.30 pagi kita sudah tiba di Pos 1 Malim, langsung memesan ojek menuju Basecamp Garung. Metodenya agak beda, yakni ransel dan abangnya didepan, dan penumpangnya dibelakang. 

Namun ku tetap salut untuk pendaki yang tak menggunakan ojek dari BC - Pos 1, fisiknya pasti prima, banyak waktu luang dan benar-benar mendaki.

Ojek pos 1 gunung Sumbing via garung
🀘 deui wae

Kami berdua finish di basecamp Garung pukul 10.50, terhitung hanya 2 jam turun dari area Pasar Watu - Basecamp. Lapor ke pendataan, dan beli beberapa oleh-oleh. Bertanya soal tarif ojek dan jarak jalan kaki menuju BC Kledung Sindoro, kamipun memutuskan jalan kaki sahaja. Pukul 11 siang, kitapun meneruskan langkah tuk mendaki gunung Sindoro via Kledung.

BERSAMBUNG ~


CATATAN WAKTU:
17/8/16
04.00 Terminal Mendolo, Sinar Jaya Eksekutif dari Baranagsiang, 125rb
05.00 Garung, bus 3/4 15rb
05.15 Basecamp Garung 1450, Butuh, Kalikajar
06.40 Start ojek dari Basecamp, 25rb
06.50 Pos 1 Malim KM 3
07.45 Pos 2 Genus KM 4
08.40 Pos 3 Seduplak Roto KM 5
09.20 Pos 4 Pestan (Pasar Setan) 2437
10.40 Pos 5 Pasar Watu
11.10 Camp

18/8/16
03.00 Summit attack
03.10 Pos 6 Watu Kotak
04.00 Pos 7 Tanah Putih
04.15 Puncak Buntu
05.00 Puncak Kawah
06.00 Kembali ke Puncak Buntu
06.40 Turun
07.15 Pos 6 Watu Kotak
07.30 Tempat camp
08.50 Turun
08.55 Pos 5 Pasar Watu
09.20 Pos 4 Pestan
09.40 Pos 3 Seduplak Roto
10.10 Pos 2 Genus
10.30 Pos 1 Malil
10.40 Basecamp Garung
11.00 Start Basecamp Kledung Gunung Sindoro


Senin, 27 April 2020


PENDAKIAN GUNUNG SALAK VIA CIDAHU

SALAK 1 H+1

7-8 JULI 2016


Puncak Manik puncak 1 puncak tertinggi gunung Salak

Ya, terdengar cukup gila. Pendakian ini dilakukan saat H+1 Idul Fitri 1427H, saat orang-orang sedang berkumpul dengan keluarga mereka. Gunung pun termasuk keluarga bagiku, makanya langsung ku tengok XD Inipun menjelma seakan budaya bagiku, mendaki gunung Salak H+1 yang terus berlanjut di tahun 2017, 2018, dan 2019.

Gunung Salak terletak di perbatasan Bogor - Sukabumi, dengan banyak puncak diatasnya. Konon sih ada 12 puncak, namun yang diakui secara resmi hanya 3. Yakni Puncak 1 / Puncak Manik 2211, Puncak 2 / Puncak Prabu 2180, dan Puncak Sumbul 1926 mdpl. Jalur Cidahu adalah salah satu jalur Legal yang disediakan TNGHS ( Taman Nasional Gunung Halimun Salak), dan satu lagi yakni jalur Pasir Reungit di Gunung Bunder, Kabupaten Bogor.


KAMIS 7 JULI 2016 
Alarm berbunyi pukul 00.45 pagi, mata masih terasa berat sekali. Bergegas mandi, dan makan di dini hari ini. Ku langsung berangkat menuju tempat meeting point, di dekat SMA Rimba. Bertemu dengan Rizqi Fadillah/iki remaja gila 16 tahun yang ingin mendaki bersamaku.

02.30 kami motoran menuju Cidahu, Sukabumi. Melalui rute umum, yakni Tugu Kujang - Tajur - Ciawi - jl.raya Bogor - Sukabumi. Jalanan cukup lengang di dini hari ini, dan mampir ke salah satu minimarket tuk beli konsumsi. 35 KM dari SMA Rimba ke pertigaan Cidahu, dan 9,5 KM dari Pertigaan ke Basecamp Cidahu. Sepanjang perjalanan, taburan bintang terlihat indah, yang menambah motivasi pendakian kita hari ini. Dari kita berdua, belum pernah ada yang mendaki lewat sini sebelumnya. Dan Google Maps membawa kita tiba di basecamp Gunung Salak via Cidahu pukul 4 pagi.

Basecamp Cidahu terletak di Barat Daya gunung Salak, berketinggian +-900mdpl. Kita melanjutkan tidur, lumayan meski beberapa menit. SIMAKSI dibuka, kita langsung mendaftar. Untuk 2hari1malam dikenakan biaya 22,5rb, dan parkir motor menginap yakni 20rb. Sudah bisa dipastikan, kita berdua orang gila yang pertama mendaki Gunung Salak hari ini. Memulai pendakian tepat pukul 6 pagi, dengan jarak tempuh 9KM dan perbedaan elevasi 1300m menunggu dihadapan kita. Cukup panjang memang, untuk ukuran gunung yang hanya berketinggian 2211mdpl.

Pintu rimba gunung salak via cidahu
Gerbang ikonik Cidahu

Jalur awal yakni aspal lembab yang panjangnya 1,5KM, dengan kanan kiri itu hutan pinus dan camping ground yang luas. Pukul 06.30 kita berdua tiba di pertigaan, yakni jalur hutan atau aspal untuk menuju Bajuri. Kita memilih lewat hutan, karena ingin merasakan embun-embun pagi yang segar. Patok HM 0-25 akan menandai jarak kita selanjutnya, berwarna hijau bertuliskan putih. Makadam disusun cukup rapi, dan jalur terus menanjak. Hutannya juga rimbun, dan mendekati Bajuri ditandai dengan deru sungai yang cukup deras.

07.30 kita tiba di Simpang Bajuri 1380mdpl, yakni simpang antara Salak 1 dan jalur Pasir Reungit / arah Kawah Ratu. Banyak tanah datar nan luas, cukup untuk puluhan tenda. Dititik ini juga sumber air terakhir, yakni aliran sungai. Setelah mengisi air 3liter/orang, kita pun melanjutkan pendakian. Puncak Salak 1, berjarak 5KM dari sini. HM pun direset lagi dari 0, hingga 50 di HM terakhir. HM itu satuan Hektometer, yakni 1 HM berarti 100 meter.

Simpang bajuri gunung Salak via cidahu
5KM yang menyiksa

Sungai di Simpang bajuri gunung Salak via Cidahu
Sungai disimpang Bajuri

Vegetasi semakin rapat, jalur didominasi akar dan lumpur dalam. HM awal masih cukup landai, namun banyak jebakan lumpurnya. Salah melangkah, bisa sebetis kalau sudah terinjak hahaha. Sesekali menanjak akar, namun masih bisa diterima nalar. Hingga kita memutuskan ngebreak di HM 21 pukul 09.30, karena terpana oleh terlihatnya Puncak Sumbul 1926 dan Salak II 2180. Setelahnya, langsung disuguhi tanjakan akar 5 meter dengan kemiringan 70Β° keatas. Hadeuh, langkah mulai berat.

View di HM 25 jalur cidahu gunung Salak
Great view

Memasuki HM 25 seakan resmi memasuki punggungan tipis, dengan di kiri kita jurang menganga. Terlihat Kawah Ratu yang senantiasa mengepul, dan sepagi ini kabut sudah menyelimuti. Tiba di HM 33, di titik krusial ini. Jalur longsor, dan hanya berjembatan batang pohon dan sedikit gundukan tanah. Dikiri jurang sangat dalam, ada webbing tuk dijadikan pegangan. Nampak edelweis dibawah sana, cantik namun berbahaya. Juga sebenarnya ada jalur alternatif di kanan, namun nanti memutar dan dihadapkan tanjakan amat terjal. 

Kawah ratu dari jalur cidahu gunung salak
Kawah Ratu dari ketinggian

Longsor di jalur Cidahu gunung Salak
Kiri: Jurang lepas

Edelweis di jalur cidahu gunung salak
Cantik tapi membunuh

Selanjutnya hanya tanjakan-tanjakan akar yang cukup gila, yang membawa kami ke puncak Bayangan 1970 pukul 11.15. Terletak diantara HM 37-38, ditandai tanah datar cukup luas untuk beberapa tenda. Kita ngebreak disini, lurusin kaki. Nyemil-nyemil, mengumpulkan energi. Berdua, diketinggian. Tak bertemu pendaki, berteman sepi. Kita pun sedikit berbahagia, karena sebentar lagi tiba di puncak Gunung Salak.

Puncak Bayangan gunung Salak via cidahu
Puncak Bayangan

11.30 melanjutkan pendakian, dengan sisa tenaga namun semangat masih terjaga. Menuruni ke lembahan, langsung menanjak tajam. 7 meter keatas, berlumut pula. Katanya sih ini disebut tanjakan iblis, tuk menyaingi tanjakan Setan nya gunung Gede X'DD Ngeri deh kalau sudah hujan, sudah tak terbayangkan. HM awal setelah puncak bayangan, adalah HM-HM terberat dengan tanjakan tanpa ampun.

Lalu momen-momen setelah HM 45 itu mulai mengharukan, karena vegetasi mulai merenggang dan jalur sudah melandai. Memasuki area puncak, diketinggian 2211mdpl. Kita berdua tiba di puncak 1 gunung Salak pukul 12.30 siang, pun masih cerah dan sepi. 6,5 jam dari Cidahu, jarak tempuh 9 KM, dan perbedaan elevasi 1300.

Puncak Manik puncak satu puncak tertinggi 2211 mdpl  gunung Salak

Tak lama, muncul seseorang dari jalur Cimelati. Wah iya ini om Iwan Sunter, ku sadar karena melihat postingannya di group Facebook 'Pendaki Bogor' yang mengajak mendaki gunung Salak di H+1 juga. Halo om, salam kenal. Suatu kehormatan, bisa mendirikan berdampingan dengan beliau. Buka tenda di area yang tertutup, agar aman dari terpaan angin. Tenda nya single layer no brand yang sudah 10 tahun lebih ia pakai, dengan flysheet Avtech sponsoran 3x3. Berbanding kontras dengan tenda MM Milkyway ku yang baru, perdana membentang dipuncak Salak.


Sore hari lanjut berkeliling Puncak Manik, yang masih cerah dan sepi. Muncul 4 orang pendaki, yang mengaku sehabis buka jalur dari Tenjolaya. Wow, orang-orang gila semua ya yang naik H+1 ini hahaha. Lalu ngobrol ngalor ngidul dengan om Iwan, tentang sudut pandang petualangan dari sisi nya. Cerita tentang kisah-kisah masa lalunya, kisah puluhan kali mendaki gunung Salak ini, sudut pandangnya soal Willem Tasiam, juga kisahnya sepedahan keliling Kalimantan. Juga rencananya tahun depan beliau akan 'Lari Jakarta - Raung - Jakarta' ditemani kawannya anak PATAGA. Dan faktanya, rencananya berjalan mulus di tahun 2017 lalu.

Ohya beliau juga berangkat sejak kemarin dari Sunter, Jakarta. Menggunakan sepeda yang ia beri nama 'Coni', yang ia titipkan di Cicurug. Dan meskipun kita baru kenal, bahkan saya yang masih anak bawang di dunia pendakian. Ia tak sungkan tuk berbagi tentang Idealismenya, bahkan hal pribadi tentang kisah perceraiannya dimasa lalu.

Ba'da maghrib, suasana sudah hening. Kabut mulai turun, gerimis mulai membasahi. Ku sudah mulai terlelap, Iki dan om Iwan sudah sedaritadi dialam mimpi. Selamat malam, puncak Manik. 


JUMAT 8 JULI 2016
02.30 pagi ku terbangun, segar. Efek tidur dari sore, summit attack yang hanya belasan meter. Langit berjuta bintang, gemerlap lampu kota Bogor dam Sukabumi membentang indah. Berdiri 3 tenda pagi ini, dan ada beberapa orang didalam saung disisi makam. Dingin mulai terasa kembali, ku pun masuk ke sleepingbag lagi tuk menunggu pagi.

Pukul 5 pagi ku bangun sepenuhnya, sinar mentari perlahan muncul. Gede - Pangrango nampak jelas bersiluet, latar gradasi orens hitam, dengan kabut terhampar dibawahnya. Sunrise yang indah, dengan awan yang jarang-jarang dilangit. Menikmati tenangnya diawal bulan Syawal, dan sepi nya Salak 1 pagi ini.

View di puncak gunung salak

Membagi tugas, Iki packing dan saya masak mie. Lalu gantian sebaliknya, untuk mengefektifkan waktu. Packing selesai, perut kenyang, ayok pulang. Memutuskan tuk turun lebih pagi, karena mau mampir ke Kawah Ratu kalau sempet. Ah om Iwan pun turun melalui Cidahu, dan ingin bareng dengan kami, suatu kehormatan om. Terakhir, kita berfoto di plang tuk dokumentasi.

Salak 2 dari puncak 1 gunung Salak
Salak II yang masih menjadi misteri bagiku

Puncak Manik puncak 1 puncak tertinggi 2211 mdpl gunung Salak
Suatu kehormatan

Turun pukul 09.30, bertiga perlahan namun ritme cukup cepat. Patok HM pun kita tak begitu memperhatikan, karena memang fokus turun. Di Puncak bayangan  pukul 10 pagi, sudah bertemu rombongan disini. Gokilnya sih, saat ku dan iki berusaha sesafety mungkin. Yakni sepatu, celana panjang, dan lengan panjang. Beliau malah pakai celana sontog, kaos minion yang mencolok, dan sendal jepit dengan warna beda sebelah. Bahkan tenda dan matrasnya pun digantung begitu saja diranselnya. Pun di jalur berlumpur, ia sangat lihai tuk menghindarinya.

Kita bisa membeli gear-gear mahal sekalipun, namun jam terbang memang tak bisa kita beli.

Diatas target, kita bertiga tiba di Simpang Bajuri pukul 13.30 siang. 5KM turun dengan memakan waktu hanya 4 jam, cukup cepat. Kita berdua mengajaknya main dulu di Kawah Ratu, namun beliau ada janji ngopi sama kawannya ngopi di Cidahu. Kita berpamitan, dan beliau memberiku kenang-kenangan. Yakni coverbag 'Webbink' warna hijau tua berukuran 80liter, wah terimakasih banyak om πŸ™πŸΌπŸ™πŸΌπŸ™πŸΌ Dan coverbag tersebut selalu ku pakai kemana-mana, dan awet hingga sekarang.

Menuju Kawah Ratu, yang masih berjarak 2KM dari Bajuri. Berjalan kearah utara, hingga kita menemukan tanah lapang yang cukup luas. Seperti lapangan bola, ternyata ini namanya 'Helipad 1382mdpl'. Lalu lanjut melalui makadam lagi, cukup jauh juga ya ternyata, terlebih kita yang membawa ransel full.  Total 40menitan dari Bajuri, ditandai dengan kepulan asap yang mulai terlihat. Wow ternyata Kawah Ratu luas juga yaa. Baru dateng lalu disambut gerimis. Niatnya disini mau santai menikmati suasana, malah bergerak serba cepat bongkar flysheet 2x3 milikku.

Berkah sih, karena ada pengunjung lainnya juga yang ikut berteduh. Dan syukurlah gerimis tak berlangsung lama, kitapun segera turun tuk menikmati kawah lebih dekat. Terdapat 2 aliran sungai sulfatara, yang mengalir ke lembah-lembah lainnya. Tapi banyak yang mandi juga, apa gak gatel ya?? Pasir Reungit terletak masih 4KM dari sini, masih cukup jauh ternyata. Kita hanya bermain di Kawah Ratu dibagian selatan saja, karena kalau terus ke utara masih banyak spot indah seperti Kawah Mati, kawah Cikuluwung dan Sumbul view. Dan kita segera kembali ke Bajuri, karena waktu yang sudah mulai sore.

Helipad gunung Salak

Kawah ratu gunung Salak
Kawah Ratu yang menawan

Kawah ratu gunung Salak
Sungai sulfatara

Helipad, yang konon katanya dipakai utk evakuasi Sukhoi Superjet 1000

Pukul 15 sudah kembali di Bajuri, kitapun segera melanjutkan turun. Dari Javana Spa kita memilih jalur aspal, tuk mencari suasana baru. Melewati aspal yang masih baru, dengan jalur menurun, membuat dengkuk lemes sih. Menemukan danau yang cukup indah tuk transit, hayu lah sekalian foto-foto. Ala-ala Danau Taman Hidupnya Argopuro, atau Telaga Dewinya gunung Singgalang.

Danau Javana Spa
Sedeng seginimah

Menuruni aspal basah dan berliku, terus turun kearah Cidahu. Camping ground mulai ramai, memasuki liburan Idulfitri. Dan dengan sisa-sisa tenaga, kita berhasil mencapai pos Cidahu pukul 5 sore. Sungguh hari yang melelahkan, sangat-sangat melelahkan.

Beberapa menit kemudian, kita sudah memulai perjalanan pulang ke Bogor. Meninggalkan Salak 1 yang memberi banyak pelajaran, tak menyangka bisa bertemu Iwan Sunter yang memberikan inspirasi tak terlupakan. Jalur pendakian yang memaksa kami pantang menyerah, dan Kawah Ratu yang selalu mengepul indah. Total jarak mendaki di 2 hari ini yakni +-25KM, menanjak, memanjat, menuruni, menyusuri.

Pulang via Jalur Alternatif Cigombong-Batutulis, yakni melalui jl.Cisalada - jl.KH Halimi - Jl.Raya Cihideung - jl.Soemanta Direja. Cukup lancar dan efektif, hingga ku tiba dirumah Iki pukul 8 malam. Mampir tuk bebersih, ngebaso, dan kirim foto. Dan ku pamit pukul 9 malam.

Selesai.


NOTES:
- Siapkan dan pastikan fisik yang prima, benar-benar prima karena sangat menguras tenaga
- Pastikan sepatu sehat, dan bergaiter disarankan
- Biaya SIMAKSI 2D1N 22.500 dan parkir 20.000/motor

CATATAN WAKTU:
7/7/16
02.30 Bogor - Cidahu
04.00 Cidahu 900
06.00 Start Trekking 
06.30 Pintu Rimba
07.30 Simpang Bajuri 1380
11.15 Puncak Bayangan HM 37-38 1970 
12.30 Puncak Manik Salak 1 2211

8/7/16
09.30 Perjalanan turun
10.00 Puncak Bayangan
13.30 Simpang Bajuri
14.10 Kawah Ratu
15.00 Simpang Bajuri
17.00 Cidahu
20.00 Ciomas
21.00 Rumah

Jika kita tak berpikir Gila, maka kita ga bakalan jadi Orang Gila.
- Iwan Sunter

Oh ya, ini juga bisa dijadikam referensi. Kisahku yang mendaki gunung Salak puncak 1 / puncak Manik, melalui jalur Cimelati : https://novialanis.blogspot.com/2020/03/menggapai-puncak-i-gunung-salak-puncak.html?m=1