Jumat, 20 Maret 2020

PENDAKIAN GUNUNG PANGRANGO VIA CIBODAS

PENDAKIAN GUNUNG PERTAMA
EKSPEDISI DOUBLE SUMMIT PANGRANGO 3019 DAN GEDE 2958
17-18 APRIL 2014

"Bukan cerita tentang hebatnya kami, tapi tentang pelajaran yang kami dapat di pendakian penuh makna kali ini."


RABU 17 APRIL 2014
Pertama kalinya saya melakukan pendakian ke gunung sebenarnya, dengan organisasi sederhana yang anggotanya itu-itu saja hahaha. Hari-hari yang panjang sebelumnya telah kami lewati, dari pembagian materi, latihan fisik, bahas peralatan, dan sewa barang sana-sini. Dan pada akhirnya, hari H tim berkumpul di markas (batagor Dery) pukul 9 pagi. Beranggotakan Dery, Chandra, Deni, Deden, Doeja, Hasan, Solih, Puput, Tolib, Toke (saya) dan sang pembina, mang Wawang Asgar.

Hujan menemani perjalanan kami menuju Cibodas, menggunakan colt mini, yang masih 20rb hingga basecamp kala itu. 11 orang dan beberapa keril ditumpuk, dipaksa muat kedalam colt yang tak begitu besar. Sehabis maghrib ngeng, tak begitu macet jalur Puncak kala itu.

Istirahat di balai informasi, masak beberapa mie, lalu tidur untuk persiapan fisik esok hari. Persiapan kami jauh lebih matang, dibanding mendaki bukit Kapur tahun lalu hihi.

TNGGP mempunyai 3 jalur resmi, yakni Cibodas, Gunung Putri, dan Selabintana. Dan beberapa jalur ilegal nan mempesona, namun 2014an kita masih belum tau apa-apa haha ✌️


KAMIS 18 APRIL 2014
Keramik yang dingin membuat kami tak nyenyak, gigi gemeletak dan sesekali menggigil. Bangun subuh untuk packing, dan siap untuk start pendakian. Tepat pukul 6 pagi, setelah berdoa dan briefing, perlahan kami menuju tujuan pertama, yaitu pos Kandang badak.

Diawal melewati jalan berbatu yang tersusun rapi, coba beradaptasi dengan suasana ini. Tak terlalu ramai karena hari kerja, dan tiba di pos Telaga Biru 1jam kemudian. Sebuah telaga yang berwarna biru (masa sih pak?) dengan sungai mengalir disisi kirinya. Tetap lanjut dan tiba di jembatan beton yang panjang, kira-kira 1KMan lah ya. Bernama pos Rawa ganyangagung/Rawa ganyonggong. Tujuan kami, gunung Pangrango terlihat berdiri gagah dari sini, terlihat dekat dan membuat semangat (padahalmah...) Naik dikit tiba di Panyangcangan, dan terdapat pertigaan disini. Lurus untuk melanjutkan pendakian, dan ke kanan untuk kearah air terjun Cibeureum. Istirahat disini, karena trek panjang siap menanti, katanya.
Terasa lumayan lama, karena setengah dari kami adalah pemula. Trek monoton, menanjak naik belok kanan belok kiri. Sesekali ada jalan pintas yang langsung menanjak, namun malah menambah lelah. Sesekali melewati beberapa pos PHP (sekarang pos Batu Kukus namanya), kirain bentar lagi, taunyaaa. Deru air seakan menandakan sudah dekat, taunyaaa (2). Update sekarang sudah ada pos berbentuk bangunan, yang bernama Rawa Denok 1&2 dan Batu Kukus 1&2. Setelah menanjak, dan ada sedikit bonus, akhirnya kami tiba di pos Air Panas sekitar pukul 11 siang. Istirahat bentar lalu lanjut lagi, menyebrangi air panas. Ngeri juga ya, bagai dua sisi simalakama. Dikiri air terjun panas yang deras, dikanan jurang menganga bebas. Tenang, dan berpegangan. Akhirnya kami bisa melaluinya dengan lancar. Naik sedikit 5menitan, boylah kami tiba di pos Kandang Batu. Tempat datar yang lumayan luas, sudah berdiri beberapa tenda juga disini.

Air terjun Pancaweuleuh pun mengalir indah, kami tak mampir kesana karena perjalanan yang masih panjang. Trek berubah semakin berat, menanjak dengan beban masih full. Perut mulai lapar, matahari terik kala itu, seakan menyiksa. Betis yang mulai panas, dan jawaban PHP dari pendaki lain yang mengesalkan. Lurus menanjak normal lalu melipir kanan, akhirnya kami tiba di titik pertama tujuan, yaitu pos Kandang Badak tepat pukul 12 siang.

Saya sebagai pemula, sangat bersyukur bisa sampai sini. Padahal masih bawa daypack, dan sesekali gantian sama keril yang hanya berukuran 40liter.
"Bagi tugas, isi air, bangun 1tenda, ayo masak, cepat". Kata mang Wawang, kala itu.
Sekali lagi, sebagai pemula yang kurangajar,  saya hanya bisa melihat mereka memasak, seakan menonton demo 'MasterChef' pecinta alam. Hanya bantu-bantu yang ringan saja, dan packing persiapan menuju Pangrango sore ini. Perut terisi, keril ditumpuk di 1 tenda itu, berdoa, dan bismillah.

Pukul 2 siang, hari masih cerah, perlahan menuju gunung Pangrango. Naik dikit ketemu pertigaan, lurus kearah gunung Gede, ke kanan arah gunung Pangrango. Ambil kanan, dan semangat! Bawa tiga daypack, berisi makanan, air dan jas hujan. Dery dan Doeja masih memimpin perjalanan ini, dengan pak Pembina masih jadi penyapu. Trek makin menanjak, kesabaran mulai diuji.
"Semangat ke, itu liat udah terang, puncak dikit lagi", kata-kata Solih yang omdo yang masih terngiang jelas hingga sekarang.

Perlahan turun kabut tebal, cuaca menjadi mendung. Saya sebagai pemula, mulai khawatir. Daypack gaada coverbag, trek makin berat, pula. Hujan deras pun turun begitu saja, ea bakbikbek ripuh bongkar jas hujan. Deras sekali, trek terjal menjadi jalur air seolah curug. Daypack ditutupi polybag meski sedikit terbuka, dan keputusasaan mulai menghantui batin saya.

Bertemu rombongan ditengah perjalanan yang sedang berteduh di flysheet, sapa sedikit dan kami tetap lanjut jalan. Sepatu kemasukan air, trek terjal, sempit, melalui derasnya air, seakan tak sanggup saya. Apalagi bertemu pohon tumbang, yang kalau melangkahi, ribet. Kalau mengolongi, dengkul lemes. Berlangsung 1jam diguyur hujan punggungan Pangrango, dan tiba di tanjakan terakhir. Ya mental yang down, fisik yang terkuras, dikasih tau tanjakan terakhir, maka lari lah saya keatas. Sinar mentari sore diufuk barat, disela-sela pepohonan puncak Pangrango. Berjalan cepat melipir kanan nan landai, akhirnya team kami tiba di titik tertinggi kedua Tanah Sunda.

Puncak Pangrango 3019mdpl, pukul 5sore. Perjuangan terbayarkan, saling berpelukan, bersyukur, tak percaya kita bisa melangkah sejauh ini. Tugu berwarna biru, dan bangunan kayu rapuh menjadi penanda. Nyemil, berfoto, sore yang cerah, dan kawah & puncak gunung Gede yang memanjang terlihat dari sini. Memutuskan tak mengunjungi lembah kasih, karena waktu yang teramat mepet. 10menit turun lagi, karena tubuh menggigil kebanyakan diam.
Puncak gunung pangrango

Tau lah kalau sepatu kemasukan air, dipakai jalan bagimana rasanya? Sekarang turunan terjal nan licin siap menanti, dan tetap harus hati-hati. Menyalakan headlamp, kemaleman di jalan sudah pasti. Bawaan berkurang, tapi tetap turun dengan langkah tak nyaman. Rasanya ingin segera pulang saja, ngemie diwaktu maghrib ini, tidur nyaman dikasur. Tak seperti sekarang, meraba jalur yang bercabang nan licin, dengan sepatu yang sangat tak nyaman. Intinya diperjalanan turun lancar, meski beberapa kali Dery (yang cari jalur) agak kesusahan dan coba kasakusuk cari jalan yang benar. Jalur landai melipir kanan, lampu-lampu tenda Kandang Badak, dan pada akhirnya kami tiba ditempat camp pukul 9malam.

Bersyukur, tapi kami tak bisa tidur begitu saja. Bangun tenda, masak air, coba terangin ini itu, bantu si itu, flysheet agak kesinian, repot cyin hahaha. Pada akhirnya 3 tenda berdiri, tinggal nyusu dan ngemie saja malam ini. Terpaksa ada tenda ada yang overload karena alasan tertentu. Salah satunya satu tenda diisi 3 orang, yaitu Doeja, Farhan, dan Keril :D Ambil positifnya saja, kebersamaan makin erat, karena benar-benar gaada space buat gerak. Tidur lelap karena kelelahan, dan siapin fisik untuk esok hari.


JUMAT 18 APRIL 2014
Ya ini hari Anniversary kedua bersamanya, Puput Sopyan. Doi tidur lelap, yasudah dibisikin saja selamat enip 2tahun. Dibisikin gaib gitu malah muntah, iya muntah gitu saja dalam tenda. Saya dan Deden panik (karena kami yang mengapitnya), lap sini lap sana mengamankan barang dari lahar yang keluar dari mulut doi, tetap saja yang lain tidur nyenyak. Terhitung 5x muntah, 2x yang bisa terselamatkan, 3x mengalir didalam tenda. Tak cukup muntah, ngompol pula ini orang. Geser taro pojok biar ga ngerepotin, dah aman dah.

Pukul 4 pagi beberapa bangun untuk ngemie, ngobrol dan gabisa tidur lagi aja. Jam 6 total anak-anak bangun semua, saat mereka masak, saya malah tidur hahaha. Sarden dan liwetan jadi menu pagi ini, packing, dan persiapan menuju gunung Gede siang ini. Saya memutuskan untuk menunggu tenda dan menemani Putsop yang fisiknya sudah diambang batas, berbesar hati merelakan mereka yang summit ke gunung Gede 2958mdpl pukul 10 siang itu.

Hanya bisa termenung, ngobrol berdua. Mau makan dan masak, eh logistik dibawa semua. Hanya beras, dan saos tiram yang tersisa, teganya kalian, dak. :'3 Isi air, opsih, keliling Kandang badak saja sendiri, doi masih terlelap dalam tidurnya. Seakan tak bersalah ini orang, gapercaya kalau dia muntah 5x bahkan ngompol, kuya.
Puncak gunung Gede

Pukul 3sore mereka baru pada kembali, keceriaan pun mulai kembali. Masak lagi penghabisan logistik, lalu hujan turun dengan derasnya. Tenda mulai bocor dan rembes karena single layer, baju pada basah bekas kemarin sore, cemilan habis, tersisa roti tawar yang diolesi saus tiram, seingat saya :D

Pukul 6 sore kami meninggalkan Pos Kandang Badak, perlahan saja karena fisik teman-teman juga yang mulai lelah. Tak begitu memperhatikan karena malam hari juga, cuma ya di Air Panas harus lebih hati-hati lagi. Lancar jaya, dengan berjuta bintang yang kami lihat di Rawa ganyangagung. Nah frustasinya di Telaga biru menuju Cibodas, seakan ga sampe-sampe. Tepat tengah malam kami tiba di basecamp Cibodas, alhamdulillah, terimakasih telah melancarkan perjalanan kami, Tuhan.


SABTU 19 APRIL 2014
Segera naik angkot ke depan gang, dan menunggu angkutan deh. Naik bis menuju Ciawi, tak ingat banyak, karena hanya tidur yang saya lakukan diperjalanan pulang. Semua berpisah di Tugu Kujang, sayonara. Kita pernah berjanji disini, akan mendaki gunung-gunung Jawa Barat lainnya, bersama.

Pahit manis ekspedisi ke gunung yang sebenarnya, berjalan lancar. Meski belum waktunya ke Gede, tapi kami (saya dan Putsop) tetap bersyukur bisa pulang dengan selamat. Disini kami tahu sifat dan watak teman masing-masing, pembelajaran berharga bagi saya. Terimakasih mang Wawang, telah jadi pembina yang sangat baik. Terakhir, terimakasih Tuhan dan alam, mengizinkan kami bercengkrama denganMu.

Inisiatif yang minim, keluhan yang banyak dilontarkan. Fisik dan mental yang masih terbilang lemah, menjadi catatan yang bisa kita pelajari lagi. Lembah kasih Mandalawangi, puncak gunung Gede, dan alun-alun SuryaKencana menjadi PR bagi saya.

Sekian🤘


INFORMASI JALUR:
Cibodas 1350  - Telaga Biru 1580 1jam
Telaga Biru - Rawa Ganyonggong 1620 1/2jam
Rawa Ganyonggong - Panyangcangan 1640 1/2jam
Panyangcangan - Air Panas 2150 3jam
Air Panas - Kandang Batu 2190 1/4jam
Kandang Batu - Air terjun Pancaweuleuh 2210 1/4jam
Pancaweuleuh - Kandang Badak 2400 1jam
Kandang Badak - Puncak Pangrango 3019 3-4jam
Total 10KM dari Cibodas menuju Puncak Pangrango
Memakai data 2014, sumber dari Viewranger


TRANSPORTASI:
Dari Bogor, bisa menggunakan angkutan bis atau colt mini. Dengan ongkos 20-25rb, lalu turun di pertigaan Cibodas.
Dari Cibodas, menggunakan angkot maupun ojek menuju basecamp TNGGP Cibodas, 5-20rb.

Semoga bermanfaat. ✌️

Tidak ada komentar:

Posting Komentar