PENDAKIAN GUNUNG PAPANDAYAN VIA CISURUPAN
PAPANDAYAN SELEPAS LEBARAN
H+3 Idul Fitri 1436 H
20-21 Juli 2015
2014-2015 memang jadi kisah-kisah awal pendakian kita, sedang hangat-hangatnya malah. Selepas lebaran, dan keadaan ku yang baru lulus pun langsung dimaksimalkan tuk kembali mendaki. Yuk cekidot.
Senin 20 Juli 2015
Pukul 6 pagi ku sudah standby di stasiun Cilebut, menunggu kereta dari Bogor yang dinaiki keempat kawanku. Anggota yang berangkat yakni Puput, Iki, Hasan, dan kang Rohman. Menuju stasiun Univ. Indonesia, tempat meetingpoint dengan salah satu angkutan pendaki yang kita gunakan jasanya. Setelah bertemu suami istri dengan mobil Xenia nya, dan pukul 8 pagi mobil perlahan meninggalkan Jakarta.
Pukul 6 pagi ku sudah standby di stasiun Cilebut, menunggu kereta dari Bogor yang dinaiki keempat kawanku. Anggota yang berangkat yakni Puput, Iki, Hasan, dan kang Rohman. Menuju stasiun Univ. Indonesia, tempat meetingpoint dengan salah satu angkutan pendaki yang kita gunakan jasanya. Setelah bertemu suami istri dengan mobil Xenia nya, dan pukul 8 pagi mobil perlahan meninggalkan Jakarta.
Hamba Allah yang susah difoto ✌️
Lagu-lagu om Iwan Fals, dan brand-brand outdoor jadi obrolan menarik diperjalanan. Diawal cukup lancar, dan kita tak bisa berharap lepas dari macet, apalagi musim mudik seperti ini. Memasuki Garut pukul 13, padat merayap. Mobil terus bergerak kearah tenggara Garut, melewati Guntur dan Cikuray yang puncaknya tertutup awan siang ini. Mendekati Cisurupan, udara dingin khas kaki gunung mulai terasa. Dan digerbangnya, kami membayar simaksi 12.500/hari x 2. Jangan tanya tiket masuk Papandayan yang sekarang, tentu sangat berbeda jauh hahaha.
Pukul 16.20 kita tiba di Camp David, langsung mengisi perut tuk energi mendaki. Dan pukul 17 kita sudah mulai trekking, sedikit dikejar waktu agar tak terlalu malam saat tiba di Pondok Salada. Mendaki Papandayan, gunung yang terbelah.
Kontur relatif landai, hampir datar diawal. Dikiri nampak puncak Papandayan, didepan terlihat kawah-kawah aktif yang tersebar. Sesekali kita harus mengalah, oleh penambang belerang yang lalulalang motoran. 40 menit berjalan, tiba di pertigaan kearah Hutan Mati dan Pos 2.
Ambil kanan arah Pos 2, sedikit menuruni lembah dan bertemu sungai kecil. Kita bongkar headlamp di titik ini, karena sudah mulai gelap. Terus mendaki lereng, dengan vegetasi tak terlalu rapat. Dan saat tiba ditempat landai, dengan kanan kiri tenda. Artinya kita sudah sampai di camp Pondok Salada 2300, pukul 19 malam. Bergegas buka tenda, karena malam yang semakin dingin. Setelah terpasang, yuk bagi tugas. Setelah makan malam, kita menyempatkan berjalan berkeliling pondok. Suasana kemarau nan berdebu, dingin bak menusuk tulang. Dengan jaminan cerah esok pagi, yang ditandai langit berjuta bintang malam ini. Mulai lelah, kita kembali ke tempat camp. Kencangkan jaket, dan terlelap dalam balutan sleeping bag masing-masing.
Selasa 21 Juli 2015
Tidur rasanya nyenyak sekali, setelah pagi ke siang terjebak pengap di mobil, dan sore ke malam dipakai trekking. Bangun tidur, buka pintu tenda. Lihat langit masih berjuta bintang, namum ditutup lagi karena dingin hahaha. Masak mie kuah di subuh yang cerah, sempurna. Hayu yu menuju Tegal Alun, kita start dari tempat camp pukul 06.45.
Tidur rasanya nyenyak sekali, setelah pagi ke siang terjebak pengap di mobil, dan sore ke malam dipakai trekking. Bangun tidur, buka pintu tenda. Lihat langit masih berjuta bintang, namum ditutup lagi karena dingin hahaha. Masak mie kuah di subuh yang cerah, sempurna. Hayu yu menuju Tegal Alun, kita start dari tempat camp pukul 06.45.
Salahnya kita, untuk menuju Tegal Alun dari Pondok Salada itu harusnya bergerak ke barat daya melewati Hutan Mati dulu. Kita malah langsung mendaki bukit yang di timur, jelas treknya terlalu tegak lurus. Hanya rombongam kita berlima yang mendaki lewat sini, tadinya kita ikut rombongan lain namun mereka kembali karema terlalu ' jalur upnormal' katanya. Jalurnya jelas, namun sekitar 70° kemiringannya. Merayap, dan berpegang kepada tumbuhan sekitar adalah cara terbaik di kondisi ini. Syukurnya jua kita bawa webbing, dan jadi gear krusial juga. Hingga kita tiba di puncakan, barulah kita menggunakan metode STOP.
S = Sit yakni duduk sejenak beristirahat
T = Thinking berpikir dan sadari, kita memilih jalan yang salah
O = Observe observasi, membaca keadaan sekitar, dan samakan tempat kita dengan posisi kita dipeta
P = Planning rencanakan jalur mana yang akan kita lalui. Pilihan ada 3 yakni kembali ke jalur upnormal tadi, menyusuri punggungan baru ke arah Pondok Salada, atau tetap lanjut ke Tegal Alun dengan resiko kesorean?
Ilustrasi: merah adalah jalur yang kita lalui, hijau yakni jalur sebenarnya ke arah Tegal Alun, dan kuning jalur menuju puncak Papandayan
Ada bonus saat kita di kondisi seperti ini, yakni pemandangan langka seperti ini :
Cikuray yang mengintip
Ciremai nan jauh disana
Kita turun ke lembahan disisi lain, yang kita sadari ini bagian dari Tegal Alun bagian ujung XD Menyusuri punggung kearah ujung, di kanan dan kiri yakni Edelweis yang sangat lebat nan banyak. Ambil beberapa foto, dan semoga tahun-tahun selanjutnya Edelweis di Tegal Alun akan tetap terjaga. Kitapun kembali ke Pondok Salada, dan beristirahat sejenak.
Melanjutkan perjalanan sekitar 15menitan, tibalah kita di Hutan Mati gunung Papandayan. Rasanya sekana bukan di bumi. Bebatuan putih, batang pohon yang hitam, dan langit biru yang sangat kontras sekali. Bahkan sesuatu yang mati, tetap memiliki nilai keindahan tersendiri. Eksotis lah pokoknya. Terik mulai terasa, hingga kita kembali ke Camp pukul 10 30.
Masak tuk makan siang, lalu kita zuhur secara bergantian. Di Pondok Salada, perihal air memang sangat melimpah. Bahkan ada tukang cilok dan cimol, didekat MCK yang antreannya selalu panjang. Kita jalan-jalan santai kembali sekitar atea camp, hingga bertanya tentang area yang bersinyal yakni dideket tebing arah barat laut. Ohya tadi juga sempet cerita, soal jalur yang kita lewati tadi. Katanya sih itu bernama jalur Panther, yang berbahaya dan rawam babi hutan. NgeSMS Trans Pendaki, dan coba minta dijemput sore ini yang mereka konfirmasi bisa. Dan rencana pulang 2hari lagi pun dibatalkan, kita semua sudah homesick, duh lemah banget ya hahaha. Padahal waktu masih sangat cukup, untuk eksplore Tegal Alun dan Puncak Papandayan.
Hayu packing wa packing, ransel pun masih teramat berat karena sisa logistik masih cukup banyak. 14.30 kita sudah memulai perjalanan turun, lewat Hutan Mati. Seluas mata memandang, hanya batuan putih, batang hitam, dan langit biru yang terasa terik sekali.
Hareudang hareudang haredang panas panas panas~
Terus berjalan, hingga tiba diujung hutan mati. Disuguhi pemandangan yang luarbiasa indah, seluruh spot Papandayan terlihat dari sini. Blok kawah yang menyebar, dan pendaki-pendaki yang terlihat kecil dan mengular dibawah sana. Beserta lautan awan yang menggupal indah didepan sana, dan puncak Papandayan yang megah dikanan kita.
Menuruni jalur berpasir, yang curam dan minim pegangan. Menemukan pertigaan, kekiri arah jalur pendakian dan kanan arah danau. Bertanya ke warga kearah kanan, katanya sih aman. Gaskeun lah, tebing megah seolah mendekati kita. Beberapa kali harus menyeberang sungai belerang yang kecil dan panas, kita pun tak lupa menggunakan buff demi keselamatan. Pukul 15.40 kita sampai di tujuan, yakni danau tersembunyi di gunung Papandayan. Danau sulfatara/vulkanis yang menguning karena proses alami, puas berfoto dan kami tak berani berlama-lama disini.
Turun menyusuri setapak yang ada, terlihat bersebrangan dengan pendaki yang memakai jalur biasa. Dipertengahan kita kembali menyatu dengan jalur umum, dan melanjutkan turun ke basecamp Camp David. Setelah menuruni dan belok sana sini, kita tiba di basecamo pukul 16.30. Bongkar flysheet, masak sisa logistik, mie, dan bergantian mandi. Sekalian kita habiskan semua, sambil menunggu Trans Pendaki yang akan menjemput kita. Kan lega, bila perut sudah terisi, dan sudah bersih nan ganteng lagi. Maghrib pun datang, kitapun trekking kearah parkiran.
Menikmati trekking etape akhir, clingukan sana sini tuk beli souvenir dan oleh-oleh. Sekalian minta keresek, jaga-jaga bakal mabok nih diperjalanan. Hingga pukul 19.30 jemputan sudah datang, dan kita pun memulai perjalanan pulang. Selamat tinggal, gunung Papandayan. Beruntungnya kita, mendakimu saat tiketnya masih manusiawi dan berperikependakian.
✋✋
✋✋
CATATAN WAKTU
20/7/15
06.00 Stasiun Cilebut
07.00 Universitas Indonesia
16.20 Camp David
17.00 Start trekking
17.40 Pos 2
19.00 Pondok Salada
20/7/15
06.00 Stasiun Cilebut
07.00 Universitas Indonesia
16.20 Camp David
17.00 Start trekking
17.40 Pos 2
19.00 Pondok Salada
21/7/15
06.45 summit attack
08.00 puncakan 2500
09.30 Hutan Mati
10.30 Pondok Salada
14.30 turun
15.30 Danau Sulfatara
16.30 Camp David
19.30 Perjalanan Pulang
06.45 summit attack
08.00 puncakan 2500
09.30 Hutan Mati
10.30 Pondok Salada
14.30 turun
15.30 Danau Sulfatara
16.30 Camp David
19.30 Perjalanan Pulang