Rabu, 24 Juni 2020


PENDAKIAN GUNUNG LAWU VIA CEMORO SEWU
EKSPEDISI MML : MALIOBORO MERAPI & LAWU

SOLO HIKING : TAHUN BARU DI GUNUNG LAWU

28 DESEMBER 2016 - 2 JANUARI 2017

EKSPEDISI SEVEN SUMMIT PULAU JAWA BAGIAN III


Gunung Lawu terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. 

Gunung Lawu berketinggian 3265 mdpl, dan masuk urutan 7 Summit Pulau Jawa. Bisa didaki dari 3 jalur resmi, yakni Candi Cetho dan Cemoro Kandang dari Karanganyar, dan Cemoro Sewu dari Magetan.

Pendakian ini dilakukan setelah kemarin ku mendaki gunung Merapi, ini linknya:
 https://novialanis.blogspot.com/2020/06/pendakian-gunung-merapi-via-selo.html?m=1

Juga tadinya ku berniat mendaki dari Candi Cetho, yang dikenal dengan jalur terpanjang. Namun diurungkan, karena beberapa keadaan. Yakni faktor mendaki sendiri di jalur yang kala itu belum terlalu dikenal, dan pakaian basah bekas mendaki Merapi yang tak bisa dititip (karena akan lintas ke Cemoro Sewu). Yasudah ku mengambil plan B, yakni mendaki dari Cemoro Sewu, dan baju bekas mendaki Merapi dititip di Basecamp.


JUMAT 30 DESEMBER 2016

16.30 di terminal Boyolali, ku berpisah dengan rombongan kolbun dari Merapi. Ku bertanya tentang bus tujuan Tirtonadi Solo, lalu naik dan bus segera berangkat. Sialnya ku karena terburu-buru, yakni belum sempat ganti baju karena kehujanan di kolbun tadi. Ditambah kondisi bus yang penuh, dan AC yang teramat lembab. Macet saat mendekati kota Solo, menjelang weekend dan tahun baru. Ku hanya berdoa, perjalanan 28KM ini semoga cepat selesai, dan ku tak masuk angin sesudahnya.

Pukul 18 ku tiba di terminal Tirtonadi Solo, lalu bergegas mencari bus arah Tawangmangu. Ternyata bus terakhir sudah berangkat sejak 17.30 tadi, duh gusti. Ditawari Ojek dengan ongkos kisaran 125-100rb, namun ku coba menenangkan diri dan berpikir langkah selanjutnya. Mandi dan solat isya, dan menerima kenyataan kalau ku harus menginap disini. Tak apalah, daripada ku memaksa ngojek ratusan ribu eh taunya saat di Tawangmangu kehabisal Elf juga. Infonya bus kembali ada keesokan hari, pukul 4 pagi.

Ku duduk dilantai diruang tunggu yang dekat dengan stopkontak, seperti penumpang lainnya. Mencharge HP dan Kamera Digital ku,  menikmati istirahat didalam terminal yang megah ini. Dan berbincang dengan seorang pria, yang beberapa tahun diatasku. Ia sudah 4 hari disini, kehilangan uangnya saat perjalanan menuju Tirtonadi. Tujuannya mau ke Purwokerto, dan menunggu dijemput saudaranya, katanya. 4hari tanpa makanan, hanya minum. Ku bergegas beli beberapa gorengan, dan kita makan bersama. Juga ada ibu-ibu paruh baya yang juga ketinggalan bus arah Tawangmangu, ikut bergabung dengan kami. Bertiga berbagi cerita, melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda.


SABTU 31 DESEMBER 2016

Terbangun pukul 3 pagi, bergegas. Ku berpamitan, terimakasih telah berbagi kisah. Ku menuju bus 3/4 arah Tawangmangu, bus Langsung Jaya yang sangat cepat penuhnya. Pukul 4 pagi bus berangkat, dan ku duduk dibelakang tuk bergabung dengan rombongan pendaki lainnya. Ku melanjutkan tidur, karena tidur 5jam dan dirasa masih lelah. 40KM Tirtonadi - Tawangmangu, dengan ongkos 20rb.

05.30 pagi tiba di Tawangmangu 950mdpl, hawa dingin langsung terasa. Ngikut rombongan, dan naik Elf Tawangmangu - Magetan yang kami carter. Ongkosnya 15rb, menuju Cemoro Sewu berjarak tempuh 11KM dengan perbedaan elevasi menanjak 1000M, wow. Kabut menutupi kaki gunung Lawu, dan ku menikmatinya. Jalanan yang mulus, menanjak, dan berliku indah. Sebagian besar turun di Cemoro Kandang, dan ku turun di Cemoro Sewu 1900mdpl pukul 06.20.
Menginjakan kaki pertama di Jawa Timur, hal yang pertama ku lakukan adalah : nguduk time.

Ngehuduk dipinggir jalan provinsi yang tenang dan masih lengang, dengam kabut tipis yang masih menyelimuti. Lalu ngebungkus untuk makan siang, dan ditutup dengan pentol berkuah hangat. Lanjut mengurus perizinan, SIMAKSI kala itu masih 16rb dengan jaminan KTP dan masih boleh solo hiking. Sekalian izin titip barang yang sudah ku packing sebelumnya, agar isi ransel ideal dan efektif.

Gerbang Cemoro Sewu
Gerbang Cemoro Sewu

Ku memulai trekking tepat pukul 7 pagi, dan masih seorang diri. Jalur awal sih makadam, dengan kanan kiri seperti area camp yang nyaman. Nampak punggung-punggung gunung Lawu, dan puncaknya masih dibalik bukit. Jarak cukup jauh menuju Pos 1, dengan landai masih mendominasi. Dan melewati 2 Pos dahulu, yakni Pos Bayangan dan Sendang Panguripan (ada air).

Pos 1 Wes-wesen 2163 mdpl pukul 8 pagi, berjarak 1,9 KM dari basecamp. Terdapat bangunan permanen untuk berteduh, dan bukan untuk mendirikan tenda yaa hehe. Jalur makadam terus, dan selalu terbuka kedepannya.

Pos 2 Watu Gedeg 2579 mdpl pukul 10 pagi, berjarak 2,1 KM dari Pos 1. Juga ada bangunan permanen, dan istirahat beberapa saat. Kedepannya tiap bertemu pendaki yang turun, ku selalu bertanya tentang ketersediaan air di Sendang Drajat.

Jalur terbuka Cemoro Sewu
Jalur terbuka seterusnya

Pos 3 Manis Rejo 2800 mdpl pukul 11 siang, berjarak 0,7 KM dari Pos 2. Masih ada bangunan permanen, sama seperti pos sebelum-sebelumnya. Jalak Lawu mulai menemaniku saat berjalan sendiri, suatu kehormatan bagiku. Jalur menanjak zig-zag dengan pegangan yang mulai rusak dan menanjak tajam, menuju pos selanjutnya.

Pos 4 Watu Kapur 3050 mdpl tepat saat tengah hari, berjarak 1,2 KM dari pos 3. Di pos 4 ini tak ada bangunan permanen, hanya dataran berwarna putih seperti kapur. Matahari tepat diatas kepala, panasnya jangan ditanya hahaha. Pos 1 ke Pos 4 itu masih terlihat sisa-sisa kebakaran tahun 2015 lalu, menelan korban jiwa +-5 orang. Dan ku masih sangat merinding mengingatnya, karena pernah melihat fotonya.

Pos 5 Jolotundo 3116 mdpl pukul 12.30, dengan jarak tempuh hanya 0,3 KM saja dari Pos 4. Terdapat beberapa warung dengan bangunan semi permanen, pantas banyak yang berdaypack kecil dan tak membawa tenda hehe.

Jalak gunung Lawu
Jalak Lawu

Pos 5 Jolotundo gunung Lawu via Cemoro Sewu
Pos 5 : Jolotundo, terdapat banyak warung

Pos 6 Sendang Drajat 3150 mdpl tepat pukul 1 siang, alhamdulillah sudah tiba di safe point hari ini. Terdapat beberapa area camp yang cukup luas, dan mata air Sendang Drajat yang seperti sumur didalam bangunan permanen. Punggungan menuju puncak dan tugu Hargo Dumilah nampak dari sini, esok pagi ku mampir ya hihi. Pendakian hari pertama di Lawu telah usai, setelah berkutat 6 jam di jalur bebatuan makadam yang membuat pedas.

Camp bersama 3 orang Suroboyoan yang baru kenalan tadi, dan janjian tuk summit bareng. Tenda berdiri berhadapan,  dengan pasak yang masih tak tertanam dalam. Semoga tak ada badai lagi kedepannya, sekalian mengiringkan pakaian selagi cerah. Meski waktu masih teramat panjang, kegiatan yang ku lakukan hanya rebahan sambil mengobrol saja. Lelah sekali fisik ku beberapa hari ini, dan hari esok masih harus mendaki ke puncak ke 7 dalam 'Seven Summit Pulau Jawa'.


Menjelang Sendang Drajat

Mata air Sendang drajat gunung lawu via Cemoro Sewu
Mata air Sendang Drajat

Camping Ground Sendang Drajat

Maghrib pun datang dengan tenang, diikuti kabut dan dingin malam. Sleepingbag yang belum kering sempurna, dengan hanya jaket windbreaker. Ku beberapa kali terbangun karena dingin, di tempat camp 3100+ ini, di gunung legenda. Memang sudah diniatkan bangun saat tengah malam, berharap cerah. Buka tenda, kabut masih tebal. Bintang tertutup, malah angin yang masuk.


MINGGU 1 JANUARI 2017

Selamat Tahun Baru 2017, semoga tahun ini bisa lebih liar lagi..
Alarm kembali berdering pukul 4 pagi, cukup segar dan tidur cukup malam ini. Kawan baru ku juga sudah bangun, mempersiapkan beberapa makanan untuk summit. Kita mulai bergerak pukul 5 pagi, beberapa menit sudah bertemu pertigaan. Kiri menanjak kearah Hargo Dumilah, dan kita memilih kanan tuk ke Hargo Dalem dan Mbok Yem. Banyak bangunan baik warung maupun beberapa petilasan, dan cukup banyak yang camp disini.

Hargo Dalem 3170 mdpl pukul 05.30 pagi, menikmati sinar matahari pertama 2017 disini. Ku tak mampir ke Mbok Yem, karena sepagi ini warungnya sudah cukup ramai. Hargo Dalem ke utara lagi adalah jalur tembusan menuju Candi Cetho, yang terus mengular kearah barat daya. Sekarang kembali mendaki, dengan cantigi dan edelweis yang berembun indah.

Mentari diawal hari 2017

Hargo Dumilah 3265 mdpl pukul 6 pagi, alhamdulillah kita tiba dititik tertinggi gunung Lawu. Sepagi ini sudah antri, resiko mendaki di long weekend ya begini. Alhamdulillah, puji syukur. 2 puncak tujuan berhasil ku capai, dan ambil beberapa foto tuk dokumentasi. Ohya ada beberapa pendaki juga yang nekat ngecamp diarea Puncak, memakan lahan lumayan lebar.  Ku tak begitu lama disini, karena malas beramai-ramai hihi. Ku berpamitan turun duluan, diikuti kabut yang sudah turun kembali.

Hargo Dumilah



06.40 pagi sudah kembali ke tenda, penghabisan konsumsi kitaaa. Lalu bergegas packing, memanfaatkan waktu seefektif mungkin. Trauma ketinggalan bus di Solo lalu rasanya, membuatku ingin segera mencapai Tawangmangu sebelum terlalu sore. Bahkan ku sudah mulai menuruni Lawu, sedari pukul 08.30 pagi. Oh ya Sendang Drajat / Pos 6 ini juga ada pertigaan menuju jalur Lawu lainnya, yakni Singolangu.

Pos 5 Jolotundo berjarak hanya 5 menit, karena memang menyebrang bukit sahaja hehe.

Pos 4 pukul 9 pagi, dan ternyata ku bukan orang pertama yang turun jam segini. Tanjakan zigzag bisa dilalui dengan baik, juga dengan penuh kehati-hatian. Menjelang Pos 3 yakni tercium bau belerang yang sangat menyengat, karena di barat / kanan sana memang terdapat kawah Candradimuka. Yang juga memisahkan jarak antara jalur Cemoro Sewu, dan jalur yang agak memutar di Cemoro Kandang sana.

Pos 3 pukul 09.30, cuaca berubah menjadi cerah. Awan-awan mengepul indah di selatan, namun gunung Mongkrang tetap tertutup. Ternyata cukup nyaman dan tak sepedas naik ya turunnya. Atau memang efek ransel yang agak ringan, karena konsumsi total sudah habis.

1/1/17

Pos 2 pukul 10 pagi, persiapkan kaki, tuk melangkah di etape terpanjang jarak antar pos kedepannya. Mentari sudah kembali terik, langit sudah membiru. Langkah sesekali melambat, menunggu pendaki didepan yang berjalan santai.

Pos 1 pukul 10.40, pasti saat turun yakni kulit wajah akan berganti. Terkena sinar matahari langsung sedari kemarin, yang mengandung sinar UV. Juga dihari sebelum-sebelumnya, dengan wajah tingkat kelembaban tinggi yang selalu berair. Dan suara-suara riuh juga suara kendaraan yang terdengar cukup membuat halu, padahal kenyataannya masih cukup jauh.

Menjelang basecamp juga diadakan razia, untuk memcegah hal-hal yang tak diinginkan. Seperti razia sampah yang wajin dibawa, edelweis siapatau ada yang berani memetik, dan juga barang-barang terlarang. Hingga ku finish di basecamp Cemoro Sewu pukul 11.30, alhamdulillah. Total naik 6 jam dan turun 3 jam, dengan safe point di Sendang Drajat yang cukup ideal karena memiliki sumber air.

Mandi siang, lalu mengambil barang yang dititipkan dengan biaya seikhlasnya. Beli oleh-oleh seperti beberapa stiker dan gantungan kunci, tak lupa emblem hehe. Lalu masuk elf arah Tawangmangu, dengan ngetem cukup lama karena menunggu penuh. Hingga Elf berangkat pukul 13 siang.

Selamat tinggal

Elf pun terjebak macet, momentum libur panjang dan Tawangmangu memang salah satu menjadi destinasi favorit. Melewati jalur-jalur kampung, itupun kadang berpapasan dengan mobil dari lawan arah dijalan yang hanya cukup 1 mobil huhu. Pukul 15 di Tawangmangu, perbedaan jarak 11 KM dengan waktu tempuh 2 jam wow. Terik sekali, gunung Lawu nampak cerah agar ku bisa memandangnya secara langsung tuk terakhir kali. Menuju bus Langsung Jaya, dan ku menikmati perjalanan ini. Tancap gas, jalan berliku nan hijau yang menyahdu. Melintasi Karanganyar, hingga tiba di kota Solo / Surakarta pukul 16.30.

Di Tirtonadi, ku hanya transit, makan sore, dan membeli oleh-oleh. Bahkan warung makan yg kemarin ku singgahi, dan saat ku kembali masih hafal wajahku XD Berjalan berkeliling, menikmati terminal megah ini. Lalu menjelang maghrib ku menuju stasiun Solojebres, padahal kereta masih tengah malam nanti. Tadinya juga ku mau berwisata ke taman-taman kota, seperti taman Balekambang hingga benteng Vastenburg. Namun ku urungkan, karena fisik yang teramat lelah.

Di Solojebres, ku menuju mesin cetak tiket dan berbasa-basi dengan petugasnya. Hingga diperbolehkan tuk menggunakan fasilitas musolah didalam, bermalas-malasan, numpang ngecharge, dan menitip ransel. Berkeliling sekitar stasiun, dan icip-icip jajanan murah. Seperti mie ayam, susu jahe, gorengan, di angkringan yang cukup lengkap. Pantas saja, Solo termasuk kota dengan biaya hidup terendah. Tenang nan ramah, dengan kearifan lokal yang menentramkan.

Hingga ku kembali ke stasiun, dan masuk menunggu kereta. Matarmaja pun menjemputku pukul 23.50, dan membawaku pulang menuju Jakarta.


SENIN 2 JANUARI 2017

Kondisi kereta saat ku masuk, sudah penuh sesak. Bahkan ku cukup kebingungan tuk menyimpan ransel super besarku, hingga bisa improvisasi menyimpannya di kolong bangku. Maklum resiko naik di stasiun pertengahan, memang seperti ini. Mana ku duduk ditengah, dibangku 3. Dengan kelima orang asing yang tak ku kenal, ku pun berbasa-basi sebentar lalu terlelap. Dilelap-lelapkan sih tepatnya, karena kondisi bangku yang tegak lurus, san kedinginan karena memakai lengan pendek.

Pukul 10.30 pagi sudah tiba di stasiun Jatinegara, turun lebih dulu agar dapet commuter lebih lengang. Lalu setelah melalui +-25 stasiun, akhirnya tiba di Cilebut pukul 1 siang. Dan 30 menit kemuduan tiba dirumah, alhamdulillah.

Setelah 6 hari perjalanan seorang diri, membuatku memahami tentang sudut pandan - sudut pandang baru. Dan jangan takut bertualan seorang diri, yang penting persiapan matang dan bersiap dengan kemungkinan - kemungkinan terburuk. 

Karena elang tetaplah elang meskipun ia terbang sendiri, dan bebek tetaplah bebek meski ia berjalan beramai-ramai.



CATATAN WAKTU
30/12/17
16.30 Terminal Boyolali
18.00 Terminal Tirtonadi Solo. Bus dari Boyolali 8rb

31/12/17
04.00 Menuju Tawangmangu. Bus 3/4 20rb
05.30 Tawangmangu. Elf 15rb
06.20 Cemoro Sewu. Simaksi 17rb dengan jaminan KTP
07.00 Mulai trekking
08.00 Pos 1 Wes-wesen 2163
10.00 Pos 2 Watu Gedeg 2579
11.00 Pos 3 Manis Rejo 2800
12.00 Pos 4 Watu Kapur 3050
12.30 Pos 5 Jolotundo 3116
13.00 Pos 6 Sendang Drajat 3150

1/1/2017
05.00 Start Summit
05.30 Hargo Dalem dan Mbok Yem
06.00 Hargo Dumilah
06.40 Kembali ke Camp
08.30 Start Turun
08.35 Pos 5
09.00 Pos 4
09.30 Pos 3
10.00 Pos 2
10.40 Pos 1
11.30 Cemoro Sewu
13.00 meninggalkan Cemoro Sewu. Elf 15rb
15.00 Tawangmangu. Bus 20rb
16.30 Tirtonadi Solo. Ojek 15rb
18.00 Solojebres
23.50 Matarmaja menuju Jakarta, 109rb

2/1/2017
10.30 Jatinegara
13.00 Cilebut
13.30 Finish Home

SELESAI

SAYONARA~

Saat ini ku memiliki kesempatan kembali mendaki gunung Lawu melalui Candi Cetho, karena terpilih untuk ekspedisi 10 Puncak Jawa yang diselenggarakan oleh Pendaki Bogor yang mewakili Korwil Kota. Namun impian dan penantianku selama 3,5 tahun kandas, dengan dasar aturan-aturan kolot tentang H-2 bulan sebelum akad yang harus karantina. Susah untuk dinegosiasikan, dan terpaksa ku harus merelakannya, lagi,. 😭

Minggu, 21 Juni 2020

PENDAKIAN GUNUNG MERAPI VIA SELO
EKSPEDISI MML : MALIOBORO MERAPI & LAWU

SOLO HIKING : 18 JAM TERJEBAK BADAI DI GUNUNG MERAPI

28 DESEMBER 2016 - 2 JANUARI 2017





Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.930 mdpl, dan terletak di bagian tengah Pulau Jawa, juga merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.

Setau ku, jalur pendakian resmi gunung Merapi yakni ada 2. Pertama jalur Selo dari utara, Boyolali. Dan kedua dari desa Sapuangin dari sisi tenggara, Klaten.


RABU 28 DESEMBER 

Sepulang kerja ku pukul 17, lanjut bergegas mandi dan rapi-rapi. Ransel Consina Horseshoebend 90+10 ku cukup terisi sesak, ditambah bodypack Consina Dekko ku yang berkapasitas 10liter juga penuh. Ku diantar Bokap ke Stasiun Bogor, dan tiba saat maghrib. Diawali dengan antre di loket, sambil menahan beban ransel fullpack +-15menitan dengan cuaca yang cukup panas. Keringat segera membasahi tubuh, njir kenapa ga naik dari Cilebut aja ya?! Commuter pun bergegas berangkat, dan ku resmi meninggalkan Bogor dalam beberapa hari kedepan.

Setelah turun naik commuter di beberapa stasiun, ku pun tiba di Stasiun Pasar Senen pukul 21. Keluar area commuter dan menyebrang ke area Lokomotif, mengikuti puluhan orang yang berpenampilan mudik akhir tahun. Ku yang baru pertama 'nyepur' jarak jauh ini, dan seorang diri, sedikit kebingungan. Ku bertanya ke rombongan yang beransel juga, dan diarahkan tuk cetak tiket terlebih dahulu. Antrean menuju kereta ku : Progo, sudah dibuka. Menunggu kereta datang di peron, sambil menikmati stasiun Senen yang bersih dan tertata rapi. Hingga kereta datang, dan ku berhasil menemukan bangku reservasi ku. Kereta Progo relasi Pasar Senen - Lempuyangan pun berangkat pukul 22.30, dan tak butuh waktu lama untuk ku terlelap dalam mimpi.


KAMIS 29 DESEMBER

Ku baru terbangun lagi sekitar pukul 4 pagi di Purwokerto, kereta sempat berhenti di beberapa stasiun tapi ku tak begitu menyadarinya. Buff yang basah, menjadi indikator nyenyaknya tidurku malam tadi XD  Pukul 06.55 pagi, ku pun tiba di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Diluar stasiun, ku selalu menyapa dan bertanya tujuan kepada mereka yang beransel tinggi. Nihil, tak ada yang sama. Rata-rata mendaki Merbabu via Wekas dan Kopeng, tak ada yang berniat mendaki via Selo.

Sesuai rencana, diawali berjalan +-1KM  kearah timur menuju jalan Malioboro. Menikmati momen nostalgia, karena ini kunjungan ku ke Jogja yang ketiga. Berfoto dan berdiam didekat plang 'Malioboro' yang legendaris, waktu singkat yang akan kukenang. Sekarang ku berjalan 700m kearah Tugu Jogja, selamat pagi kota budaya! Ku bertanya soal transportasi menuju Selo, Merapi. Setelah dirasa cukup, kita lanjutkan perjalanan lagi.

Jalan Malioboro
Tujuan pertama : Malioboro

Tugu Yogyakarta
Tugu Jogja

Sebenarnya cukup rumit menuju Selo - Boyolali bila dari Jogja, dan rata-rata memulainya lebih enak via Solo. Terdapat 2 pilihan, yakni dari sisi timur dan sisi barat. Sisi timur lebih rumit nan jauh namun angkutan lebih terjamin, etapenya yakni Jogja - Solo - Boyolali - Pasar Cepogo - Selo. Sisi Barat lebih dekat, namun transportasi gambling dan jarang pendaki memilih via ini kecuali carter. Etapenya Jogja - Blabak/Mungkid - Ketep Pass - Selo. Ku memilih via barat yang sesuai logika lebih cepat, sisanya tinggal improvisasi.


Sekarang kita bergerak 500m kearah jalan Jogja-Magelang, lalu menunggu bus 3/4. Menempuh +-5KM kearah utara dengan ongkos 4rb, dan ku tiba di terminal Jombor pukul 08.20 pagi. Lalu mencari bus besar tujuan Magelang, dan bus ngetem cukup lama karena menunggu penumpang penuh. Bus pun berangkat, menempuh jarak +-31KM dengan ongkos 10rb ke barat daya. Di bus ku berusaha membaur, dan mencari tahu transport selanjutnya menuju Selo. Jawabannya beragam, ada yang bilang masih ada angkot, ada ojek, dan juga ada yg bilang tak ada angkutan dari Blabak. Ku pasrah dulu sahaja, hingga diturunkan di Pasar Blabak/Mungkid pukul 10 pagi.

Merapi Merbabu nampak masih cukup jauh, dengan pertigaan jalan Blabak - Mungkid yang lebar dan tak ada angkutan. Ada ojek yang menghampiriku, negosiasi harga dari 100 hingga deal di angka 50rb. Ku cukup beruntung mendapatkan harga segitu, karena jarak yang akan ditempuh yakni +-30KM, dengan perbedaan elevasi dari 300-1700mdpl. Diawal jalanan didominasi lurus dan sedikit menanjak, dan saat melewati Ketep Pass 1100mdpl, mulai terasa ciri khas kaki gunungnya. Yakni berkelok liar, menurun lalu menanjak cukup tajam. Gokil juga mas ojek belum pernah mengantar/mengunjungi Selo, jadi ku yang berusaha jadi penunjuk jalannya. Dan ku minta diantar hingga basecamp, dengan total ongkos menjadi 60rb.

Pukul 11 siang ku tiba di basecamp Selo, Boyolali, di utara gunung Merapi. Bergegas makan siang, mandi, dan urus SIMAKSI yang kala itu masih 16rb. Juga ada penegasan tentang pendakian dilarang hingga puncak, dan ku coba memahami dan liat situasi&kondisi nanti. Kesalahan dasar aku yang terlambat disadari, yakni membawa konsumsi dan pakaian tuk mendaki gunung Lawu juga diransel. Harusnya ku titipkan tuk mengurangi beban, dan kedepannya ku harus menggendong ransel belasan kilogram dipunggung. Dirasa siap, ku memulai trekking saat tengah hari, yakni tepat pukul 12 siang. 

Senyum kesalahan

Gerbang New Selo berjarak 20menit dari basecamp dengan jalan aspal 1KM, dan katanya +-50orang yang mendaki hari ini. Sinar matahari cukup membakarku, yang berjalan seorang diri. Lalu berganti jalan cor an selebar 1M, yang membuat dengkul semakin pedas. Jalur berganti tanah, tetap menanjak tak ada bonus.

Pukul 13.45 tiba di gerbang TNGM, ini semacam pos bayangan gitu. Rasanya ku keteteran, dan keringat sudah peluh membasahi tubuh. Kedepannya jalur didominasi ilalang tinggi, sesekali mirip seperti jalur tikus nya Slamet-Bambangan.


Pos 1 Watu Belah 2302mdpl pukul 14.45, sesuai dugaanku berada di puncak punggungan. Mulai bertemu jalak yang menuntun jalan, ku pun beberapa kali bertemu pendaki namun lebih memilih berjalan seorang diri. Jalur selanjutnya, yakni bebatuan yang terus menanjak. Angin berhembus kencang, kabut turun cukup tebal. 

Burung Jalak Merapi
Jalak Merapi

Pos 2 2534mdpl pukul 4 sore, semakin keteteran. Angin cukup kencang mulai konsisten, ku langsung mengurungkan niat camp di Pasar Bubrah. Mendapat tanah lapang, ku langsung tergesa membuka tenda. Berada dibalik batu, namun berada ditengah jalur. Hujan angin langsung menerpa, dan ku bersyukur bisa mengambil keputusan yang tepat.

Pos 2 gunung Merapi via Selo
Pos 2 Gunung Merapi
 Outer/flysheet yang sering menempel ke inner tenda yang membuat rembes, dan pasak yang tak tertanam dalam yang membuat sering lepas. Badai tak kunjung berhenti, dan tak ada pilihan lain selain dinikmati. Makan malam dengan mie instan, dan yang lebih nikmat yakni bisa meluruskan kaki. +-6 tenda sudah berdiri disekitarku, dan pukul 19 juga ku sudah terlelap lagi.


JUMAT 30 DESEMBER 2016

Ku sempat terbangun saat tengah malam, angin mereda namu hujan malah semakin deras. Alarm 'summit attack' berdering pukul 5 pagi, masih badai. Pukul 7 pagi mulai membaik yakni Merbabu dan puncak Merapi terlihat, namun angin dan gerimis masih awet. Ada kelompok dan tetangga yang memaksakan summit, hati-hari ditengah cuaca riskan ini. Ku berusaha sabar, sekalian sarapan, dan rapi-rapi isi tenda sebisanya.

Pukul 08.40 pagi ku memaksakan keluar, menembus angin dan kabut. Watu Gajah/Watu Gede 2560mdpl tak jauh dari tempat camp, dan rombongan yang summit duluan terlihat berlindung dibalik batu. Tiba di Pasar Bubrah 2650mdpl pukul 9 pagi, disusul kelompok dari Pemalang yang menemaniku. Kabut yang berair dan angin kencang semakin parah, mau ke bangunan pemantau dan ternyata dikunci. Kita terjebak di balik batu, dan pasrah. Menahan dingin, dari badai Merapi. Sudah serba basah, dan tetap berkeyakinan bertahan dan sabar menunggu reda.

Pos pantau Pasar bubrah gunung merapi
Bangunan Pantau di Pasar Bubrah yang terkuci

Ku berjanji pada diri sendiri, kalau pukul 10 badai belum mereda, ku harus mengikhlaskan puncak Merapi. Dan 15menit sebelum batas waktu, cuaca membaik. Ku melanjutkan perjalanan seorang diri lagi ke puncak, karena kelompok Pemalang lebih memilih ke puncakan terbuka diujung Pasar Bubrah. Rasanya naik 2 langkah, turun 1 langkah. Angin kencang tetap berhembus, namun tak berair. Nampak beberapa peralatan vulkanologi di tebing-tebing dan menuju puncak, bahkan nampak bangunan disisi puncak lainnya.

Badai belum berlalu

Merapi dari Pasar bubrah
Mulai cerah

Pasar Bubrah dari Puncak Merapi
Pasar Bubrah dari Puncak Merapi

10.20 siang, ku berhasil menggapai puncak Merapi 2930mdpl. Alhamdulillah, puji syukur. Tempaan dan kesabaran, berbuah manis. Dihadapan nampak kawah yang cukup mengerikan, dengan diutara ada Pasar Bubrah dan Merbabu nampak terlihat. Dan ditimur ada Lawu, tunggu akuuu. Ambil beberapa dokumentasi, dan melihat puncak Garuda secara langsung. Rasanya ingin lama, namun setelah membayangkan perjalanan hari ini masih panjang dan ku bergegas turun, pukul 10.50.

Kawah Gunung Merapi
Kawah Merapi

Pos Pantau di puncak gunung Merapi

Gunung Merbabu dilihat dari gunung Merapi
Setelah badai semalaman

Puncak Garuda gunung Merapi
Puncak Garuda

Puncak Merapi
Beberapa kelompok berpapasan dengan ku saat turun, semoga cuaca membaik ini tetap bertahan. 11.20 di Bubrah dan sudah ramai lagi, dan tiba di camp pukul 11.40. Langsung packing, didominasi gear basah dan membuat beban bertambah. Kabut kembali menyelimuti, tolong jangan hujan lagiii... 

Tenda merapi mountain
Merapi Mountain di gunung Merapi



12.40 mulai menuruni Merapi, 5 menit kemudian sudah di Pos 2. Diperjalanan ku tak menemukan pendaki yang naik, mungkin masih di ketinggian bawah.

13.20 berada di Pos 1 Watu Belah, yang sepi tak berpenghuni.

Pukul 14 di Gerbang TNGM, ramai. Mereka memang start siang, para pendaki sabar yang beda tipis dengan pendaki memaksakan. Sama seperti ku dipagi ini, bahkan mungkin lebih parah hihu. Nampak beberapa tanah longsor menutupi jalur, tanda ganasnya badai semalam.

Gerbang TNGM
Gerbang TNGM lengkap dengan estimasi jarak

Pukul 14.30 di New Selo, dan 10 menit kemudian finish di basecamp Barameru Gunung Merapi. Laporan turun, ambil KTP. Ada kolbun carteran yang bertujuan ke terminal Boyolali, izin bergabung dan syukur diizinkan. Ku minta ditunggui tuk mandi dahulu, lalu nyemil pentol yang kuahnya cocok tuk menghangatkan tubuh.

15.20 perjalanan menuju Boyolali, dengan rombongan Bandung dan Jakarta. Kabut tetap tebal, dan jalanan berliku yang diapit Merbabu Merapi. Hujan pun turun kembali, meski ditutup dengan terpal namun tembus juga hihi. Jarak 20KM ditempuh 1jam perjalanan, pukul 16.30 ku sudah finish di terminal Boyolali
.
Bersabarlah, semua akan indah diwaktu yang tepat.


CATATAN WAKTU
28/12
17.00 Berangkat dari rumah
18.00 Stasiun Bogor. Commuter 6rb
21.00 Stasiun Pasar Senen. Kereta Progo - Lempuyangan 140rb

29/12
07.00 Lempuyangan - Malioboro - Tugu - jalan Jogja - Magelang. Angkot 4rb +-5KM
08.20 Terminal Jombor. Bus 10rb +-31KM
10.00 Pasar Blabak / Mungkid. Ojek ke BC Selo 60rb +-30KM
11.00 Basecamp Barameru Merapi, Selo Boyolali
12.00 Start trekking
12.20 New Selo
13.45 Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi
14.45 Pos 1 Watu Belah 2302
16.00 Pos 2  2534
16.10 Camp

30/12
08.40 Start
08.50 Watu Gede / Watu Gajah
09.00 Pasar Bubrah 2650
09.45 Start Summit Attack
10.20 Puncak Merapi 2930
10.50 Turun
11.20 Pasar Bubrah
11.40 Tempat Camp
12.40 Turun gunung
13.20 Pos 1 Watu belah
14.00 Gerbang TNGM
14.30 New Selo
14.40 Basecamp Barameru
15.20 Meninggalkan BasecamP
16.20 Terminal Boyolali. Kolbun 50rb +-20KM